Sadarkah, bahwa kita hidup di kelilingi banyak cermin yang mengatakan bahwa itu lah diri kita?? Tak perlu kita bertanya kepada seseorang, siapa diri kita, karena mungkin seseorang itu tidak akan dengan tepat menjawabnya, ada perasaan iba dan takut ketika kita harus mengatakan sebuah karakter yang buruk kepada orang lain. Kita bisa mengetahui bagaimana karakter kita sesungguhnya dan bagaimana pandangan sesorang itu terhadap kita, dengan mengamati hal-hal berikut :
1. Lihatlah siapa saja yang selalu berinteraksi dengan kita.
Jika kita penyuka seni, akankah kita berteman dengan penyuka hitungan??? Mungkin, tapi akan kah waktu kita berinteraksi lebih lama dari pada ketika kita bertemu dengan penyuka seni lagi? Tentu tidak. Ketika kita berinteraksi dengan “sesama” kita, pembicaraan tak akan pernah habis, karena adanya interaksi saling memberi informasi yang kita butuhkan dan kita minati. Sedangkan ketika kita berinteraksi yang dengan seorang yang tidak “sesama” kita. Kalau pun ada saat nya kita berinteraksi, akan timbul pencarian topik yang sekiranya di fahami keduanya. Dan hanya di waktu-waktu tertentu.
Sekarang, tanya pada diri, siapa kah yang sering kita ajak bicara??!! Itu sangat mudah kita lihat, namun akan kah tahu karakter seperti apa yang kita miliki? Banyak berinteraksi dengan orang “lebay, alay” atau apapun itu, tentu kita pun sedikit-sedikit akan seperti itu jadi nya. Berinteraksi dengan orang-orang yang selalu memikirkan perpolitikan, mungkin kita tidak terangsang untuk memikirkan juga? Tak perlu saya buat beberapa perumpamaan lagi, semua sudah cukup jelas kita akan mengetahui SIAPA DIRI KITA. Namun yang saya ingin tekankan disini adalah, orang seperti apa yang biasa kita ajak interaksi??? Baik buruk itu pilihan, namun kita juga harus waspada.
Karena ketika kita berinteraksi, seperti yang telah saya paparkan sebelumnya, interaksi akan membuat otak kita mendapat informasi tentang suatu hal yang kita butuhkan atau mungkin yang tidak cukup bermanfaat pun dengan mudah diserap pikiran.begitu pun jika kita berinteraksi dengan orang yang biasa berbicara dengan kurang sopan, otak akan mudah merekamnya dan mengeluarkan sewaktu-waktu. So? What should I do? Cari orang-orang yang mungkin bisa membawa kita terus dalam kebaikan, karena tanpa di pintapun kebaikan itu akan perlahan ada dalam diri kita
2. Siapa orang yang kita idolakan.
Siapa yang tidak tahu “Cherry belle” atau “7 icons” siapa orang-orang yang mengidolakan mereka? Adakah orang lugu nan pemalu mengidolakan mereka? Tentunya orang-orang yang memiliki karakter yang seperti merekalah yang sangat mengidolakan mereka. Kenal “Mario Teguh” atau pernah nonton “kick Andy” siapa orang-orang yang mengidolakan orang-orang besar seperti ini. Akankah seorang remaja muda yang glamor, suple dan modis mengidolakan mereka??? Tentu tidak. Dan justru kita malah mencurigai, apakah dia hanya ikut-ikutan jadi “fans” atau ada keterpaksaan.
Lalu siapa idola kita saat ini? Lihat karakter yang dimiliki seorang yang kita idola kan, dan bandingkan dengan diri kita, adakah kesamaan diantara kita dengan sang idola? Sedikitnya ada kesamaan, karena ketika ‘memilih’ siapa yang akan kita kagumi, tanpa kita sadari kita memikirkan ingin seperti siapa nanti kita, ?! makanya tak jarang jika idola kita tersebut menjadi panutan kita, wah bahaya kalau terus di biarkan.secara tidak langsung kita telah menyembah dan mengagung-agungkan idola tersebut.. bisa jadi musyrik dong?! Hati-hati lhoo. So? What should I do? Cari lah Idola yang memang pantas kita Idolakan, artinya apa yang dia punya? Dan pantas kita Idolakan, sedikit kita lirik lebih dulu Justin Bieber, seorang bocah laki-laki yang pandai bernyanyi dan mampu menyihir puluhan juta pasang mata, khususnya wanita untuk beralih mengaguminya.
Lalu bagaimana dengan karakter yang dia miliki? Akankah diri itu mampu mengubah batu yang rapuh itu menjadi sebuah bangunan yang kokoh? Atau mengubah sebuah besi tua nan berkarat menjadi jarum atau pisau yang tajam, yang mampu memberikan manfaat untuk orang-orang di sekitarnya?? Lalu siapa Idola sesungguhnya.. tentu hal terkecilnya bisa mengubah diri kita untuk menjadi lebih baik, yang dapat memberikan manfaat untuk kehidupan kita dan orang lain. Bahkan Idola kita tersebut merupakan orang yang paling berpengaruh di dunia? Apakah anda berfikiran sama dengan saya?? Siapa yang pantas kita Idolakan itu??! Semua keputusan di tangan kita. Tak ada satu pun manusia yang dapat mengubah diri kita tanpa ada kemauan dalam diri kita.
3. Bagaimana sikap orang lain terhadap kita.
Mengukur diri baik atau tidak, kita lihat bagaimana sikap orang lain kepada kita. Orang yang baru kita kenal atau orang yang tak pernah kita kenali mungkin tak sulit untuk menjadi barometer karakter sebenarnya, namun bagaimana sikap teman kita terhadap kita? Ketika kita tak penah menyapa dan tersenyum kepada seorang teman, akan kah kita dapatkan sapaan dan senyuman itu?? Ketika kita tak penah menghargai orang lain dengan hadiah dan sikap penghargaan, akankah kita mendapat penghargaan dan hadiah itu?? Dan jika kita tak pernah memberi, akankah kita akan di beri?? Semua jawaban ada dalam diri kita. Tak perlu mereka berkata tentang kita. Karena kata-kata itu akan hanya menjadi sebuah kebohongan, maka lihatlah apa yang mereka berikan kepada kita, senyuman tulus yang memberikan kebahagian, atau prilaku yang enggan buat kita menyapa.
4. Bagaimana cara bicara orang lain terhadap kita.
Telah kita mengenal beribu macam gaya bahasa, bahkan tak mungkin kita urutkan satu-satu. Pernahkan kita melihat ketika seorang bawahan menggunakan bahasa yang sangat sopan ketika berbicara dengan bosnya, lain hal nya ketika kita melihat segelombolan anak muda, gaya bahasa seperti apa yang mereka gunakan?? Sangat mudah kita tebak, lalu dengan gaya bahasa seperti apa seorang teman yang ingin memulai pembicaraan dengan kita? Baku kah? Gaul kan? Hati berbisik ”siapa orang yang akan kita ajak bicara?” seorang yang di segani kah?. Cermin akan lebih menunjukan siapa diri kita, ketika kita benar-benar melihat
5. Apa yang kita baca.
Siapa yang senang novel yang bertemakan cinta? Tentu kebanyakan anak perempuan, karena mereka memiliki kelembutan, siapa yang menyukai buku-buku filsafat? Tentu buku-buku itu di miliki oleh seorang yang selalu ingin berfikir keras tentang suatu masalah, lalu buku seperti apa yang selalu kita beli dan selalu ingin yang kita baca?? Itu lah diri kita. Dan kita pun mungkin pernah menilai seseorang dari buku bacaannya. saat itu ada seorang sahabat yang tengah membaca buku tentang alam semesta, tak jauh yang terbesit dalam pikiran kita adalah, bahwa orang itu udah kayak calon ilmuan aja Kalau pun seorang itu tidak suka membaca buku. Orang itu akan selalu membaca situasi, dikala situasi nya “tidak aman” dari dirinya, dia akan pergi dari situasi itu dan akan mencari situasi yang bisa buat dirinya menari-nari.
6. Bagaimana cara orang tua mendidik kita.
Like father like son” begitu kata pribahasa, seorang Ibu yang selalu memberikan kasih sayangnya dengan kelembutan, kehangatan, kenyamanan, kelemahan dan keindahan, akankan melahirkan seorang anak yang berwatak keras, brandal, jorok, dan kasar?? Itu sungguh suatu yang tak pernah kita lihat, kalau pun memang Ibu nya baik, dan anak nya nakal, pasti ada yang salah dari pendidikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar