(A. Suherman)
Pemerintah
Republik Indonesia, melalui Kementrian Pendidikan Nasional telah merancang
penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari mulai SD
sampai Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) se-Indonesia (LPTK) di Auditorium
Universitas Negeri Medan (Unimed).’ Sabtu, 15/4/2010.
Munculnya
gagasan Program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi sebab, selama
ini dirasakan, proses pendidikan belum berhasil membangun maniusia Indonesia
yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal, karena
banyak lulusan sekolah atau sarjana piawai dalam menjawab soal ujian, berotak
cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah (Husaini, 2010).
Pendidikan
karakter bukanlah sebuah proses menghapal materi soal ujian, dan teknik-teknik
menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan berbuat
baik, pembiasaan untuk berlaku jujur,
ksatria, malu berbuat curang, malu berbuat malas, malu membiarkan lingkungannya
kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius
dan proposional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
Pada dasarnya
karakter akan terbentuk bila aktivitas
dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan (habit),
yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu karakter. Karakter merupakan kunci
kepemimpinan (leadership). Penelitian di
Harvard University menunjukkan
bahwa 85% ”performance” pemimpin bergantung pada karakter
pribadinya (Warren Bennis). Ada tiga macam karakter, yakni basic characters
(misalnya: ketaatan), beautiful characters (misalnya: ramah), dan
brilliant characters (misalnya: inisiatif/prakarsa). Basic
characters membuat seseorang berhasil dalam suatu komunitas, beautiful
characters menjadikan seseorang sebagai anggota tim yang baik sedangkan brilliant characters mampu
mempengaruhi atau memimpin
orang lain.
Di sinilah dapat
pahami, mengapa ada kesenjangan antara praktik pendidikan dengan karakter peserta didik. Bisa
dikatakan, dunia pendidikan di Indonesia sedang memasuki masa-masa yang sangat
pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program
terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia
pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman,
bertaqwa, profesional, dan berkarakter, sebagaimana tujuan pendidikan dalam UU
sistem Pendidikan Nasional.
Enam
pilar karakter (the six pillars of character) atau enam aturan dasar
dalam kehidupan
(six basic rules of living) meliputi kejujuran (trustworthiness),
rasa hormat (respect), tanggung jawab (responsibility),
keadilan (fairness), kepedulian (caring), dan warga
negara yang baik (good citizenship) (http:// www.character.org). Enam
pilar ini merupakan dasar untuk mengetahui karakter seseorang benar
atau salah. Dengan menjelaskan makna enam pilar tesebut dan memberikan
contoh-contoh dalam kehidupan, sejarah, atau suatu berita merupakan
salah satu cara pembentukan karakter, yang dalam pelaksanaannya dapat
diintegrasikan dalam suatu proses pendidikan, baik pendidikan dasar,
menengah, maupun pendidikan tinggi. Hanya saja yang menjadi permasalahan,
bagaimanakah
cara mengintegrasikannya? Sesuatu masalah yang perlu dibicarakan atau dilakukan
suatu penelitian.
Bagaimanakah
pembentukan karakter dapat diupayakan melalui proses pembelajaran?
Secara umum, proses pembelajaran ditujukan untuk pencapaian suatu kompetensi
tertentu, yang seringkali agak mengabaikan pembentukan karakter, yang terkadang
dianggap sebagai sesuatu yang sudah melekat pada subjek belajar sejak lahir
atau secara alamiah. Karakter ternyata tidak hanya sebagai suatu sifat bawaan,
tetapi dapat diupayakan melalui suatu tindakan secara berulang dan rutin. Oleh
karena itu perlu, dupayakan cara-cara pembentukan karakter melalui proses
perkuliahan/pembelajaran.
Kondisi
kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat memperburuk kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan sekarang ini masih melahirkan generasi yang ahli dalam pengetahuan
sains dan teknologi, hal ini bukan merupakan suatu prestasi, karena pendidikan
seharusnya menghasilkan generasi dengan kepribadian yang unggul dan sekaligus
menguasai ilmu pengetahuan. Ada indikasi kuat bahwa pengembangan ilmu pengetahuan
dan sains teknologi yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional tidak
memiliki hubungan yang kuat dengan pembentukan karakter peserta didik. Padahal,
pembentukan
karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Agama
yang menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter peserta didik hanya
ditempatkan pada posisi yang sangat minimal, dan tidak menjadi landasan dari
seluruh aspek. (Syahreza, 2006).
Banyak
pendidik percaya, karakter suatu bangsa terkait dengan prestasi yang diraih
oleh bangsa itu dalam berbagai bidang kehidupan. Salah seorang pakar dalam
pendidikan karakter “Megawangi” mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam
menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya pendidikan
karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good loving
the good and acting the good yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan
aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit
of the mind heart, and hands (Husaini, 2010).
Upaya pembentukan karakter
pribadi yang kuat hanya dapat dilakukan melalui pengembangan kegiatan. Salah satu
kegiatan yang dilakukan yaitu pembekalan Success Skills pada
pembelajar. Success Skills adalah keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk dapat terus mengembangkan dirinya. Success
Skills akan mencakup tiga pilar keterampilan
utama, yaitu learning
skills (keterampilan belajar),
thinking skills (keterampilan
berpikir) dan living skills (keterampilan hidup) (PPKB DUE-Like BATCH IV Universitas Gadjah Mada).
Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan nilai-nilai
karakter menjadi 18 butir; ialah (1) religius, (2) jujur, (3)
toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah
air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai,
(15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial dan (18)
tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi kunci penuntun
pembelajaran berkarakter dalam rangka pendidikan karakter. Identifikasi
nilai-nilai karakter dalam 18 butir dimaksudkan dapat mempermudah para guru
menyelenggarakan pembelajaran berkarakter.
Sebagai
implikasinya, saat ini para guru dianjurkan untuk
membuat RPP dan silabus yang menggunakan fase-fase eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Fase-fase ini berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses Pembelajaran.
- Eksplorasi
Eksplorasi berasal dari kata exploration
yang berarti penyelidikan atau berasal dari to explore-explorer yang
berarti menyelidiki, memeriksa, menjelajah tempat di dunia yang belum
diketahui dengan baik.
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang
digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi
belajar aktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya
berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan
interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar.
Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk
memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal
ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan
belajar (Adelsberger, http://mtsnslawi).
- Elaborasi
Elaborasi dipandang sebagai penjelasan sebuah
permasalahan/topik dengan menggunakan pandangan dan pemahaman yang dimiliki
orang yang melakukan elaborasi tersebut. Elaborasi diambil dari bahasa.inggris elaborate
(v) dan elaboration (n) yang artinya itu menjelaskan sesuatu dengan
detil. ela·bo·ra·si /élaborasi/ n 1
penggarapan secara tekun dan cermat
Menurut kamus bahasa Indonesia elaborasi artinya
penggarapan secara tekun dan cermat (Anwar, 2003), Jadi elaborasi merupakan
suatu strategi pembelajaran yang lebih mendalam terhadap kajian materi yang
disampaikan kepada anak didik.
- Konfirmasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 518), konfirmasi
berarti penegasan, pengesahan, pembenaran. Mengonfirmasikan berarti menyatakan
dengan tegas, menegaskan. Kata sifatnya
adalah confirmatief atau confirmatoir yang artinya menguatkan,
mengukuhkan, membenarkan (Kamus Belanda-Indonesia, Datje Rahajoekoesoemah, 1991). Dalam bahasa Inggris ada verba confirm menegaskan,
memperkuat, membaptis dan nomina confirmation penegasan, pengesahan.
Konfirmasi Berasal dari bahasa Belanda, juga dari bahasa
Inggris, kata konfirmasi dipakai dalam percakapan dan penulisan sehari-hari.
Menjadi kata serapan dengan bentuk dasar konfirmasi, bentuk turunannya adalah
dikonfirmasikan, mengonfirmasikan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis
eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
Ciri-ciri pembelajaran berbasis eksplorasi:
1.
Melibatkan peserta didik mencari informasi (topik
tertentu);
2.
Menggunakan beragam pendekatan, media dan sumber belajar;
3.
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis Elaborasi:
1.
Membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas tertentu;
2.
Memfasilitasi peserta didik untuk memunculkan gagasan
baru melalui pemberian tugas;
3.
Memberi kesemptan siswa untuk berpikir, menganalisa, menyelesaikan
masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
4.
Kooperatif;
5.
Berkompetisi secara sehat;
6.
Membuat laporan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis konfirmasi:
1.
Guru memberi umpan balik positip terhadap hasil belajar
anak didik;
2.
Guru memberi konfirmasi hasil eksplorasi peserta didik;
3.
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
merefleksi pengalaman belajarnya
Kegiatan Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
1.
Kegiatan ekplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang
didesain agar tecipta suasana kondusif
yang memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan
pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang
bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsip sesuai dengan
kompetensi mata pelajaran;
2.
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam
mengekpresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun
tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan
eksistensi dirinya;
3.
Kegiatan konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang
diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan ekplorasi
dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang
tinggi untuk mengembangkan kegiatan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
American Dictionary; Randall. (1982).
IUCN. 1968; WCS. 1980. dalam Vera. Just Another UNS Social Network ™ weblog. [17 Januari 2011]
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. (1994). KBBI. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas (2007), Permendiknas No. 49 tahun 2007, Jakarta
Desy Anwar. (2003). Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.
Heimo H. Adelsberger, 2000).
Husaini, A. (2010). Pendidikan
Karakter Islami Membentuk Manusia Berkarakter Beradab. Universitas Ibn
Khaldun. Makalah. Tidak Diterbitkan
PPKB DUE-Like BATCH IV Universitas
Gadjah Mada. Pengembangan Success Skill.
Rahajoekoesoemah,D.
(1991). Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Susanto, S. (2000). Membangun
Karakter Lewat Pendidikan. Kompas,
Selasa, 7 Maret 2000
Syahreza, A. (2006). Sistem
Pendidikan Indonesia Gagal. Web Forum
UPI Bandung, 24 Juni 2006.
tn. (2010). Eksplorasi,
Elaborasi, Konfirmasi. [online]: http://mtsnslawi.wordpress.com/2010/11/02/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi/
[diakses] November 2,
2010.
Lampiran
Contoh RPP Berbasis EEK
(tidak mengikat)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata
Pelajaran :
..............................................
Kelas/Semester :
..............................................
Pertemuan
ke :
..............................................
Alokasi
Waktu :
..............................................
==========================================
A. Standar Kompetensi
........................................................................................................................
B. Kompetensi Dasar
........................................................................................................................
C. Tujuan Pembelajaran
........................................................................................................................
:Karakter Siswa yang Diharapkan:
·
Disiplin ( Discipline )
- Tekun
( diligence )
- Tanggung
jawab ( responsibility )
- Ketelitian
( carefulness)
- Kerja
sama ( Cooperation )
- Toleransi
( Tolerance )
- Percaya
diri ( Confidence )
- Keberanian ( Bravery )
D. Materi Ajar
........................................................................................................................
E. Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran
........................................................................................................................
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
Appersepsi dan
Motivasi
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
.....................................................................................................................
b. Elaborasi
.....................................................................................................................
c. Konfirmasi
.....................................................................................................................
3. Kegiatan
Penutup
..................................................................................................................................
G. Sumber Belajar
.................................................................................................................................
H. Assesment/Penilaian
........................................................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar