(Ahmad
Suherman)
Pada
awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian, Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1.
Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka
kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri;
2.
Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal
praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan
social dan bersenang-senang;
3.
Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama,
menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak,
menyukai hal yang pasti;
4.
Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil,
menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan
rutin sangat disukai.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang
punya kepribadian yang berbeda-beda. Dari keempat kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan
keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan
terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan
terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan
“tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah
yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki
kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang
disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat
dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya
untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian
fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai
berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan
lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu
dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter
tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa
ditukar. Karakter harus dibangun
dan dikembangkan
secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter
bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik
jari.
Berikut
beberapa kaitan yang ada hubungannya dengan karakter:
1.
Karakter
Karakter
adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu
nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari
hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa
dan karsa seseorang
atau sekelompok orang.
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan.
2.
Karakter
Bangsa
Karakter
bangsa adalah kualitas perilaku
kolektif kebangsaan yang khas-baik
yang tecermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa,
karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah
pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,
serta olah raga
seseorang atau sekelompok
orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif
kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman,
rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma
UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap NKRI.
3.
Memahami
Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (Cognitive), perasaan (Feeling), dan
tindakan (Action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif.
4.
Terdapat
sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal:
pertama, karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan
tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat,
hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong
royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh,
kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan,
karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan
secara sistematis dalam model pendidikan holistik: A. menggunakan metode
knowing the good; B. feeling the good, dan C. acting
the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan
bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling
loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine
yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga
tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta
dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka
acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Kementerian Pendidikan
Nasional mengembangkan nilai-nilai karakter menjadi 18 butir; ialah
(1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras,
(6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi kunci penuntun
pembelajaran berkarakter dalam rangka pendidikan karakter. Identifikasi
nilai-nilai karakter dalam 18 butir dimaksudkan dapat mempermudah para guru
menyelenggarakan pembelajaran berkarakter.
Perencanaan
pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dengan merancang pembelajaran yang akan
dilalui guru akan memiliki gambaran hal-hal apa
saja yang akan dilakukan, disampaikan, dan bagaimana melakukannya. Oleh karena
itu guru yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan rencana pembelajaran. Dengan kata
lain kemampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan salah satu bukti keprofesionalan seorang
guru.
RPP adalah seperangkat
rencana pembelajaran yang memberi arahan bagi guru
materi apa saja yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya (Spratt,
et al., 2005). Secara umum sebuah rancangan
pembelajaran harus mencakup tujuan
pembelajaran dan prosedur pembelajaran-apa yang guru dan siswa akan lakukan selama pembelajaran berlangsung, serta penilaian.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,
namun juga berkepribadian atau berkarakter. Dengan demikian, akan berimplikasi
kepada perencanaan pembelajaran yang berkarakter pula.
Langkah-langkah yang
dilakukan dalam merancang RPP sesuai dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan):
a. Secara seksama mempelajari
Standar Isi untuk masing-masing jenjang,
b. Mengutip Standar Kompetensi
(SK) dan memahami isinya,
c. Mengutip Kompetensi Dasar (KD)
dan memahami isinya,
d. Memformulasikan indikator
pencapaian,
e. Memformulasikan tujuan pembelajaran,
Tujuan Pembelajaran
berisi penguasaan kompetensi yang dapat di ukur (operasional)
yang ditargetkan untuk dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi
dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang
dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan
pembelajaran.
Ciri-ciri tujuan pembelajaran
mempunyai empat komponen, yaitu A-B-C-D.
A.
Berarti Audience atau
siswa yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dinyatakan dalam tujuan.
Tujuan yang baik mempunyai audience yang jelas dan spesifik;
B.
Berarti Behavior atau
tingkah laku yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa pada akhir program
pembelajaran tertentu. Tingkah laku tersebut dinyatakan dengan kata kerja yang
menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati dan/atau diukur;
C.
Berarti Condition
atau syarat atau keadaan yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku (behavior)
dilakukan siswa pada saat perbuatan itu dievaluasi;
D.
Berarti Degree atau
tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi siswa.
Contoh: Siswa Kelas
11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung dapat menterjemahkan Surat Alfatihah ke
dalam bahasa Indonesia tanpa melihat buku catatan dengan tanpa membuat
kesalahan kalimat dan kosa kata.
A.
Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah
Negeri V Bandung;
B.
dapat mentrerjemahkan Surat
Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia;
C.
Indonesia tanpa melihat buku
catatan;
D.
tanpa membuat kesalahan kalimat dan
kosa kata.
Dalam membuat
rumusan tujuan pembelajaran pada RPP berkarakter, maka implikasinya berpegang
pada rumus A-B-C1-C2.
A.
|
Audience: Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah Negeri V
Bandung;
|
B.
|
Behavior atau
tingkajh laku yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa pada akhir program
pembelajaran tertentu. Tingkah laku tersebut dinyatakan dengan kata kerja
yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati dan/atau diukur;
|
C1.
|
Berarti Condition
atau syarat atau keadaan yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku
(behavior) dilakukan siswa pada saat perbuatan itu dievaluasi;
|
C2.
|
Berarti Character (berasal
dari bahasa Latin yang telah diserap ke dalam bahasa Inggris). Kamus
Arab-Inggris “Al-Mawrid” (Ba’albaki (2007:168) character diartikan
sebagai صفة, طباعة (tabiat dan/atau sifat). Selanjutnya,
secara lebih luas “Kamus al-Tarbiyah” (al-Khuli, 1981:61) character dimaknai
dengan: مَجْمُوْعَةُ سِمَات الشَّخْصِ الَّتِيْ
تَتَمَيَّزُ بِالدَّيْمُوْمَةِ مِثْلُ اْلأَخْلاَق (kesatuan ciri-ciri pribadi seseorang
yang melekat selamanya, seperti akhlak).
|
Contoh: Siswa Kelas
11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung dapat menterjemahkan Surat Alfatihah ke
dalam bahasa Indonesia tanpa melihat buku catatan dengan jujur.
A.
|
Audience atau
sioswea yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dinyatakan dalam tujuan.
Tujuan yang baik mempunyai audience yang jelas dan spesifik;
|
B.
|
Behavior dapat
mentrerjemahkan Surat Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia;
|
C1.
|
Condition tanpa
melihat buku catatan;
|
C2.
|
Character/Karakter dengan
jujur (dapat dilihat pada ke 18 karakter)
|
Sebagai implikasi berikutnya, saat ini para guru dianjurkan untuk membuat RPP dan silabus yang
menggunakan fase-fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Fase-fase ini berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Pembelajaran.
Pengertian Eksplorasi,
Elaborasi, dan Konfirmasi:
Eksplorasi
Eksplorasi berasal dari
kata exploration yang berarti penyelidikan atau berasal dari to
explore-explorer yang berarti menyelidiki, memeriksa, menjelajah
tempat di dunia yang belum diketahui dengan baik.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus
diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun
oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau
menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan
memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Adelsberger, http://mtsnslawi).
Kegiatan ekplorasi adalah kegiatan
pembelajaran yang didesain agar
tecipta uasana kondusif yang memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik
yang memaksimalkan pengunaan panca indera
dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau
prinsip sesuai dengan kompetensi
mata pelajaran.
Elaborasi
Elaborasi diambil dari
bahasa.inggris elaborate (v) dan elaboration (n) yang artinya itu
menjelaskan sesuatu dengan detil. ela·bo·ra·si /élaborasi/ n 1 penggarapan
secara tekun dan cermat. Menurut kamus bahasa Indonesia elaborasi artinya penggarapan secara tekun
dan cermat (Anwar, 2003), Jadi elaborasi merupakan suatu strategi pembelajaran
yang lebih mendalam terhadap kajian materi yang disampaikan kepada anak didik. Dengan
demikian, Elaborasi dipandang sebagai penjelasan sebuah permasalahan/topik dengan
menggunakan pandangan dan pemahaman yang dimiliki orang yang melakukan
elaborasi tersebut.
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan,
dan kreasi dalam mengekpresikan konsepsi kognitif
melalui berbagai cara baik lisan maupun
tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang
tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya.
Konfirmasi
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994: 518), konfirmasi berarti penegasan, pengesahan, pembenaran.
Mengonfirmasikan berarti menyatakan dengan tegas, menegaskan. Kata sifatnya
adalah confirmatief atau confirmatoir yang artinya menguatkan,
mengukuhkan, membenarkan (Kamus Belanda-Indonesia, Rahajoekoesoemah, 1991).
Dalam bahasa Inggris ada verba confirm menegaskan, memperkuat, membaptis
dan nomina confirmation penegasan, pengesahan.
Konfirmasi Berasal dari
bahasa Belanda, juga dari bahasa Inggris, kata konfirmasi dipakai dalam
percakapan dan penulisan sehari-hari. Menjadi kata serapan dengan bentuk dasar
konfirmasi, bentuk turunannya adalah dikonfirmasikan, mengonfirmasikan.
Kegiatan konfirmasi
adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar
konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan
ekplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan
kegiatan eksplorasi dan elaborasi lelbih lanjut.
Ciri-ciri pembelajaran
berbasis eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
Ciri-ciri pembelajaran
berbasis eksplorasi:
1.
Melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber.
Alam takambang jadi Guru (Peraturan Mendiknas
RI, No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menmengah, Bab II Kerangka Dasar dan Kurikulum): Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru
(semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan
sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan).
Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau.
Secara sederhana, dapat diartikan 'agar kita belajar kepada alam dan berbagai
fenomenanya yang senantiasa mengabarkan sebuah kearifan'. Kalau kita perhatikan
dalam Al Qur’an maka moto Alam Takambang Jadikan Guru ini adalah didasarkan
pada surat 96, Al-’Alaq yg pada ayat 1-5 Allah memerintahkan manusia untuk “Membaca”. Membaca disini mempunyai
pengertian yg luas tidak hanya membaca yg tersurat seperti kitab suci atau buku-buku tapi juga
membaca (mempelajari) alam ciptaan Tuhan sebagaimana tafsir dari ayat 1 Surat
Al ‘Alaq tersebut: Bacalah Dengan Nama
Tuhanmu Yg Menciptakan, (Iqra` bismi rabbikalladzĩ khalaq).
2.
Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3.
memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya;
4.
melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5.
memfasilitasi peserta
didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis Elaborasi:
1. Membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas tertentu;
2. Memfasilitasi peserta didik untuk memunculkan gagasan baru melalui
pemberian tugas;
3. Memberi kesemptan siswa untuk berpikir, menganalisa, menyelesaikan masalah
dan bertindak tanpa rasa takut;
4. Kooperatif;
5. Berkompetisi secara sehat;
6. Membuat laporan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis konfirmasi:
1. Guru memberi umpan balik positip terhadap hasil belajar anak didik;
2. Guru memberi konfirmasi hasil eksplorasi peserta didik;
3. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksi pengalaman
belajarnya
Kegiatan Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
1.
Kegiatan
ekplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tecipta suasana kondusif yang
memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan pengunaan
panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam
menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata
pelajaran;
2.
Kegiatan
elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa
mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam mengekpresikan konsepsi kognitif
melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan
diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya;
3.
Kegiatan
konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif
yang dikonstruksi dalam kegiatan ekplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan
diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan kegiatan
eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Khuli, (1981).
A. Dictionary Of Theoritycal Linguistic (Engglish Arabic). Libanon:
Librarie Du Liban.
American
Dictionary; Randall. (1982). IUCN. 1968; WCS. 1980. dalam Vera. Just Another
UNS Social Network ™ weblog. [17 Januari 2011]
Ba’albaki,
Munir, Al-Mawrid. (2007). Qamus
Inklizi-‘Arabi. Beirut: Dar Al-‘Ilm lil-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). KBBI. Edisi Kedua.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas
(2007),
Permendiknas No.
49
tahun 2007, Jakarta
Desy Anwar. (2003). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:
Amelia.
Heimo H. Adelsberger, 2000).
Husaini, A. (2010). Pendidikan Karakter Islami Membentuk Manusia
Berkarakter Beradab. Universitas Ibn Khaldun. Makalah. Tidak Diterbitkan Malayain.
PPKB DUE-Like BATCH IV Universitas Gadjah Mada. Pengembangan Success
Skill.
Rahajoekoesoemah,D. (1991). Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Spratt, M., et
al. (2005). The TKT Course. Cambridge: Cambridge University Press.
Susanto, S. (2000). Membangun Karakter Lewat Pendidikan. Kompas, Selasa, 7 Maret 2000
Syahreza, A. (2006). Sistem Pendidikan Indonesia Gagal. Web Forum UPI Bandung, 24 Juni 2006.
tn. (2010). Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. [online]: http://mtsnslawi.wordpress.com/ 2010/11/02/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi/
[diakses] November 2, 2010.
* ditulis oleh Dosen Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, dalam sebuah seminar nasional yang di serangkaian acara Festival Kampung Arab (FIKAR) oleh BEM KEMABA FPBS UPI pada tanggal 10 nopember 2012
makasih banyak :D
BalasHapusini yang buat dosen saya gan.