Pagi
ini, sejuk sekali hingga banyak orang keluar dari rumah idaman nya untuk
menghirup udara pagi yang sejuk ini, ada yang menyengajakan diri untuk joging,
menyapu halaman rumah, dan terlihat pula anak-anak kecil riang bermain
berlarian, disudut lain terlihat seorang anak tampak berdandan rapih bersama
seorang ibunya, mereka hendak ke pasar untuk membeli beberapa lauk untuk
persediaan mereka.
Sang
Ibu itu merasa kesulitan untuk mengunci gembok gerbang rumahnya, baru lah sang
Anak angkat bicara.
“Sulit
ya bu? Titip tetangga saja. Gak bakal kemalingan kok, disini kan ramai” ucap si
Anak sampai memainkan beberapa batang pohon yang terjatuh di halaman rumahnya
“Menyempurnakan
ikhtiar itu lebih baik nak” masih bersusah payah dengan gembok tua yang rapuh
itu
“Kalau
memang Allah menakdirkan rumah kita aman, rumah kita juga akan aman kan bu?” si
Anak terus berdalih, tidak mau kalah
“
Allah tidak akan mengamankan rumah ini, jika kita tidak mengamankannya” jawab Ibu tetap tenang.
“Berdo’a
saja kalau gitu” celetuk si Anak
“ingat
nak.. dimana ada kemauan disitu ada jalan, dan dimana akan kejahatan disitu ada
kesempatan jadi kejahat terjadi karena ada kesempatan” Kata Ibu memotong
“Ibu
kayak bang Napi aja” ucap anak mengakhiri perdebatan, si Ibu hanya tersenyum
Perjuangan
telah sampai dititik akhir, si gembok telah terpasang kuat, tingkat keamanan 80%
apa yang kurang??
Mengenai adanya
kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad
SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu
datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan
langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur
orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu
menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah
kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar