Profil
(lahir 21 Maret 1984) adalah
seorang penulis buku Islami dari Yogyakarta, Indonesia.
Salim A. Fillah: Kisah dan
Hikmah
Saya harus menyebut beliau berdua jika kita
berbincang tentang menulis. Saya yakin, jika Allah berkenan menjadikan tiap
huruf yang mengalir dari jemari saya ini sebagai kebaikan, maka kebaikan itu pertama-tama
akan menjadi hak mereka.
dalam keterbatasan mereka, yang menyediakan
untuk saya berbagai-bagai bacaan semenjak saya kecil. Saya terkenang saat saya
kelas 5 SD. Ketika itu, Ibu membawa saya ke sebuah toko buku di awal tahun
ajaran. Maksudnya tentu untuk berbelanja buku pelajaran dan alat tulis
sebagaimana lazimnya anak lain. Karena Ibu ada kepentingan lain, beliau
tinggalkan saya di toko buku dengan uang yang pas untuk membeli semua keperluan
tahun ajaran baru.
Saat beliau kembali, beliau hanya bisa
geleng-geleng kepala. Yang saya beli adalah buku-buku yang sama sekali tidak
nyambung dengan anak kelas 5. Yang ada di keranjang belanja justru buku
sejarah, biografi tokoh, filsafat, dan psikologi! Seingat saya, dari lisan Ibu
hanya keluar pekik, “Masyaallah!” Dan saat sampai di rumah, Bapak saya juga
hanya tertawa-tawa.
Selepas SMP, yang juga berarti selepas dari
pesantren, saya baru mulai berani menyusun kata-kata. Selalu saja ada yang menyatakan kalimat-kalimat saya unik, tapi itu artinya
tak baku. Tak bisa diterima. Di saat seperti itu, Bapak yang adalah guru Bahasa
Indonesia di sebuah SMA selalu membesarkan hati saya. “Bahasa itu kesepakatan”,
saya ingat selalu nasihat ini, “Artinya jika penyampai dan penerima telah
memahaminya, maka bahasa itu baik dan benar.”
Sebenarnya
cita-cita saya ketika kecil klise dan muluk. “Menjadi orang yang berguna bagi
nusa, bangsa, dan agama.” Di SMA saya sadar, ada peran yang harus
saya ambil secara spesifik kalau ingin betul-betul berguna. Dan saya
lihat—selain kesibukan berorganisasi yang membuat saya jarang menatap mentari
dari rumah—salah satu yang luas jangkauan manfaatnya adalah menulis.
Selama SMA
itu, saya ingat, cukup banyak tulisan yang saya hasilkan, alhamdulillah. Saya
ikuti aneka lomba kepenulisan. Ada lomba karya tulis ilmiah, penulisan artikel
lepas, lomba esai, lomba cerpen—termasuk LMCPI-nya Annida—sayembara novel, dan
lainnya. Hampir setiap informasi lomba yang datang ke sekolah, saya coba untuk
mengikutinya. Dan alhamdulillah, sampai sekarang belum pernah ada yang menang
sama sekali!
Saya juga
mencoba mengirimkan berbagai tulisan saya ke media. Ada artikel-artikel lepas,
ada opini, ada puisi, ada cerpen. Dan alhamdulilah, hingga sekarang tak satu
pun pernah dimuat sama sekali. Maka hingga saat itu, tulisan saya hanya
menjangkau teman-teman sendiri; lewat buletin yang ditulis sendiri, diset dan
di-layout sendiri,
diperbanyak sendiri, dan diedarkan sendiri.
Mungkin
semangat yang ada di sanalah, wallaahu
a’lam, yang akhirnya mengantarkan tulisan-tulisan itu pada sosok Muhammad
Fanni Rahman. Beliau adalah sebenar-benar kakak yang Allah pertemukan dengan
saya di aktivitas dakwah remaja masjid se-Kota Yogyakarta. Saya bersyukur jika
tulisan-tulisan itu menjadi salah satu pemantik kecil yang membawa beliau pada
sebuah keputusan penting: mendirikan Penerbit Pro-U Media.
Buku pertama
saya adalah juga buku pertama Pro-U Media. Menuliskan ”Nikmatnya Pacaran
Setelah Pernikahan” adalah
kenikmatan berbagi rasa; menerbitkannya di Pro-U adalah ujian untuk percaya
bahwa dari sekecil apa pun, Allah akan memberkahi tiap ikhtiar dakwah. Dan
alhamdulillah, saya menangis ketika launching buku ini di Masjid Gedhe Kauman
Yogyakarta dihadiri lebih dari 2000 orang. Alhamdulillah, membersamai Pro-U
membuat saya merasa menjadi bagian dari sebuah cita-cita besar: tidak hanya
menerbitkan buku; melainkan juga menerbitkan harapan akan kebangkitan Islam.
Kaya
keberkahan
Dari
perjalanan menulis selama ini, saya makin tahu, tak ada kendala berarti kecuali
apa yang ada di dalam jiwa kita. Dulu saat masih meminjam komputer paman dan
mengetikkan tulisan di rental, saya merasa sepertinya akan lebih produktif jika
memiliki komputer sendiri. Begitu memiliki komputer sendiri, ternyata sama
juga. Saat itu lalu berpikir, jika punya laptop dan lebih mobile, insyaallah
lebih produktif. Begitu notebook dimiliki, rasanya sama juga.
Sekali lagi
saya menyadari, kendala menulis letaknya bukan di fasilitas, melainkan di dalam
jiwa kita. Kita berlindung kepada Allah dari jiwa yang lemah untuk menyampaikan
kebenaran, dari hati yang bungkam untuk mencegah kejahatan.
Karena itu,
semua hal harus disyukuri. Alhamdulillah, menulis itu rasanya berkah. Dengan
menulis saya bisa menyapa ribuan manusia; tak sekadar sapa, tapi sapaan dakwah.
Dengan menulis saya bisa bersilaturahim ke pelosok negeri ini; merasa begitu
kaya karena banyak saudara yang kemudian menunjukkan kepedulian dengan saran,
masukan, kritik, bahkan cerca, dan kecaman. Semuanya memperkaya jiwa; mereka
menunjukkan kelebihan maupun kekurangan diri yang takkan saya sadari tanpa
respons mereka.
Dengan
menulis saya merekam jejak-jejak pemahaman saya; mengikat ilmu, lalu melihatnya
kembali untuk—sesekali—menertawakannya. Dan saat saya telah bisa menertawakan
kebodohan saya beberapa waktu lalu yang tecermin dari tulisan saya ketika itu,
saya jadi tahu, alhamdulillah saya telah mengalami sedikit kemajuan.[]
Karya Tulis :
1.
Agar Bidadari Cemburu
Padamu(2004),
2.
Nikmatnya Pacaran Setelah
Pernikahan (2004),
3.
Saksikan Bahwa Aku Seorang
Muslim (2007),
4.
Jalan Cinta Para Pejuang (2008),
5.
Gue Never Die (2006),
6.
Barakallahu Laka:
Bahagianya Merayakan Cinta (2005)
7.
Dalam Dekapan Ukhuwah (2010).
Buku-buku ini diterbitkan oleh Pro
U Media,
dan sebagian telah menjadi buku laris (best-seller).[1]
“Bahwa cinta adlh prsoalan b'usaha u/ mncintai. Bahwa cinta bknlah gejolak hati yg dtg sendiri melihat paras ayu/janggut rapi. Bahwa sbgmana cinta kpd Allah yg tak serta merta mengisi hati kita. Karena cinta mmg hrs diupayakan. Karena cinta adlh kata kerja. Lakukanlah krja jiwa & raga u/ mencintainya. Kerjakan cinta yg ku-maksud agar kau temukan cinta yg kau-maksudkan. Karena cinta adlh kata kerja. Cinta-mata airnya adlh niat baik dr hati yg tulus. Alirannya adlh kerja yg terus menerus.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar