Minggu, 11 Maret 2012

Are you a Book Lovers?

Berapa kali dalam sehari kita membaca buku? Berapa buku yang sudah kita baca dalam satu bulan?apakah buku sudah menjadi makanan sehari-hari kita? Buku seperti apa yang kita baca?
Realitanya, minat baca di sekitar kita, khusus nya di Indonesia ini, sangat kurang, adapun yang sedang membaca, itu karena keterpaksaan, dan kedaruratan, karena besok akan ujian.
Banyak sekali faktor yang mengurangi bahkan menghilangkan minat baca kita, terlepas itu dari pihak diri kita, ataupun lingkungan.


Faktor yang paling mempengaruhi dan dapat dirubah semau kita adalah faktor dalam, yaitu faktor pribadi, baik itu karakter, mindset, dan ketidaksadaran kita dalam membaca

1. Jangankan minat, kebermanfaatannya pun kita belum mengetahuinya,

kita merasa ogah membaca karena kita belum tahu manfaat dari membaca tersebut.

Ada pengalaman pribadi yang bersangkutan dengan hal ini, ketika semasa di pesantren, ada saatnya para santri, bahkan semua santri serentak membaca dan menghapal, sampai-sampai bergadang. Di semua penjuru ruangan, mau itu di teras asrama, kamar, jalan, dimanapun terlihat banyak santri yang sedang membaca buku dengan tekunnya. Manfaat membaca bagi mereka, adalah agar bisa menjawab soal-soal ujian dengan mudah, mereka semua berlomba-lomba. Ditambah lagi ada isu, soal-soal yang di berikan sangat sulit. Pasti mereka akan semakin banyak membaca dan menghafal, namun hal seperti ini tidak akan berlaku lama, dua tiga hari kemudian semuanya akan binasa




2. Tujuan yang tak jelas,

untuk apa kita membaca? Jika mengacu pada point di atas, tujuan utamanya adalah memperoleh nilai yang memuaskan, namun ketika tujuan itu telah terpenuhi, akankah mereka membacanya lagi? Kemungkinan nya sangat kecil. ada yang pernah terpikir, untuk apa kita membaca? Apa karana hanya sekedar suka? Menarik? Seru? Itu adalah langkah awal kita untuk membaca, dengan modal itu saja, akan meningkatkan minat baca kita. Tujuan lainnya, memberikan pengetahuan lebih, menambah wawasan. Jika kita sudah menanamkan tujuan itu dari awal, maka kita pun akan mendapat balasan selayak apa yang kita harapkan.
Tujuan ini sangat penting, karena jika kita tidak meniatkan ‘untuk apa’ dari awal, yang kita dapatpun tidak ada. Lebih lagi jika kita punya tujuan yang jelas, bahkan mendapat air di padang pasirpun bukan hal yang tidak mungkin. Artinya kebermanfaatan itu bisa di dapat dengan tujuan yang pasti. Misalkan : guru meminta kita untuk presentasi, menerangkan tentang hadist ahad. Awalnya kita hanya akan melakukan pencarian bahan presentasi yang akan disajikan, dan itu lah yang hanyak kita dapat, tapi jika kita meniatkan diri tidak hanya untuk itu, misalkan, demi mendapat mengetahuan baru, untuk sharing kepada teman, dan lain sebagainya, itu tidak menutup kemungkinan jika kita pun akan bisa mendapatkan lebih dari yang diharapkan, apalagi kalau dalam proses pencarian bahan itu, tiba-tiba muncul rasa penasaran untuk lebih mengataui banyak hal.. Wah lebih mantep lagi tuh
Dan Islam pun mengajarkan, setiap perbuatan itu, harus di awali dengan niat, karena akan dengan awalan niat, akan muncul kebermanfaatan.

3. Motivasi diri,

kemungkinan dorongan untuk membaca kita belum sepenuhnya kuat. Arti nya emang belum ada keinginan untuk baca, benar begitu? Keinginan belum terjawab karena kita belum menentukan tujuan dan apa manfaat yang akan didapat setelah membaca, nah itu lah masalahnya.
Lalu bagaimana cara membangkitkan motivasi membaca dalam diri? Salah satu nya harus ada dorongan lain yang bersifat memaksa, artinya mau tidak mau kita harus baca buku, misanya ketika mendapat tugas, pastinya kita terpaksa membaca buku kan? Tapi beda cerita kalau cara ngerjain tugasnya dengan cara co-past alias copy-paste, terpaksa supaya ada dorongan untuk membaca buku, kita harus sungguh-sungguh ngerjain tugasnya, kalau bisa semua yang tertulis dalam makalah atau karya tulis lainnya itu murni tulisan kita, hebat kan??!! Tanpa sadar kita sudah melahap beberapa lembar, dan kalau beruntung, kerut kening akan bermunculan, saat kita duduk tenang membaca perkatanya. Pokoknya untuk motivasi atau dorongan itu bisa dicari dengan cara kita, bebas koq gak ada yang ngelarang.

4. Kebutuhan membaca


Kebutuhan membaca sangat dirasakan ketika kita melihat kejadian, mendengar isu-isu, dan melakukan hal yang tak pernah sebelumnya dilakukan, membaca disini tidak terfokus hanya membaca buku saja, lebih tepatnya membaca keadaan, informasi dan lain sebagainya. Ketika kita telah menyelesaikan satu masalah pun artinya kita telah bisa membaca suatu permasalahan. Bila dikaitkan dengan membaca buku, jika kita bisa membaca hal yang tidak memiliki kata atau prasa, maka kita dapat menciptakan kata dan prasa tersebut, dan setelah kita dapat menyusun keduanya, secara tidak langsung kebutuhan membaca buku meningkat karena tidak mungkin menulis hanya dengan melihat suatu kejadian tertentu, minimal sebelumnya kita membaca koran, seterusnya kita akan menbaca dan mencari lebih banyak info terkait kejadian.
Adapun cara lain yang dapat merasangsang kebutuhan membaca kita adalah “jemput bola” kalau kita sulit mendorong diri untuk pergi membaca buku, maka cobalah untuk pergi mengunjungi kediaman ‘para buku’ misalnya perpustakaan, bazzar buku, festifal buku, dan tempat – tempat perbukuan lainnya. Sering-sering lah berkunjung ke semua jenis kediaman ‘para buku’. Toh mereka tak akan sungkan.
Itulah faktor-faktor yang terkandung dalam diri manusia, yang mengakibatkan kita enggan untuk membaca, mari kita intropeksi bersama. Percaya tidak, kepribadian kita adalah segala sesuatu yang telah kita baca. Apapun itu, tidak terfokus pada membaca buku saja, dalam surah Al-Alaq ayat satu Allah berfirman :

     

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
ayat ini menyebutkan, bahwa kita jika kita membaca, bukan hanya mengeja perhuruf, atau perkalimat, tapi bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, apapun bisa kita baca, membaca kepribadian orang lain, mengatur strategi, melihat alam, semua itu dapat diartikan membaca. Jadi apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita lakukan dan apa yang kita pikirkan, semua itu adalah proses membaca. Dan apa yang telah kita lakukan tadi, adalah cermin kepribadian kita.

Baiklah, selanjutnya kita akan bahas faktor ketidakminatan dari luar


1. Lingkungan


Pernahkah anda melihat, dalam kelompok seniman ada yang tekun terlihat membaca buku? Kemudian kita lihat di studio terdapat para pecinta musik, apakah disalah satu tas yang mereka baca, terdapat satu buku bacaan? Mungkin, baik sekarang kita ke daerah pegunungan, disana terdapat tenda kecil, tepatnya ada dua tenda kecil yang di antara kedua tendanya terdapat perapian kecil yang cukup menghangat kan diri dari dingin diatas bukit perkemahan, apakan diantara mereka ada yang sempet membaca buku? Jarang, kalau sempet

Sudah jelas sekarang, siapa saja yang ada di sekita kita dan budaya seperti apa yang diterapkan dalam kehidupan kita itu akan sangat mempengaruhi sekali, kalau melihat pengalaman pribadi penulis, saya sudah mendapat gelar kutu buku atau bagusnya book lovers itu semejak kelas 2 tsanawiah, alasannya karena bokek, jadi diwaktu istirahat saya pergi ke perpustakaan sekolah, dan saya menemukan banyak buku menarik, jadi aja kecanduan, kemudian sewaktu di Aliyah dikarenakan dulu kecanduan gara-gara perpustakaan, tempat yang pertama saya kunjungi itu perpustakaan sekolah, luas memang jauh lebih luas dari pada di mts dulu, tapi buku-bukunya buku pelajaran semua,, membosankan, novel, cerita motivasi, selfhelp book apalagi, jarang ditemukan, jangan-jangan disini tidak menyediakan buku-buku yang biasa saya temui waktu mts dulu. (payah) dikarenakan hal itu minat baca pun menurun drastis, saya lebih senang jajan ke kantin, dan maen. Tapi jangan salah di kelas ku banyak sekali para maniak buku yang sudah konsisten bahkan mereka itu sudah aktif menulis dan masuk ke komunitas kepenulisan di Bandung, mantap kan.. lalu saya begeser kearah kerumunan mereka, tampaknya mereka sedang membicarakan buku yang telah mereka baca semalem tadi. Singkat cerita aku tergabung dalam perkumpulan itu dan sering mencerikan beberapa buku bacaan yang telah dan pernah kita baca, selalu ada obat untuk penyakit apapun termasuk kritis baca yang sebelumnya miliki

2. Teman sebangku


Ada ungkapan seperti ini “sebaik-baiknya teman sebangku adalah buku” kenapa? Karena para kaum buku itu tak pernah menyakiti kita sekalipun, dan tak pernah “ia” menangis dan mengeluh apa lagi marah sekalipun kita mengatakan bahwa dirinya jelek, sebenarnya bukan itu yang saya akan bahas. Tapi masalah teman “dekat” siapakan teman terdekat kita? Itu tak akan beda jauh bila ditanya siapa diri kita? Karena secara tidak langsung kita akan mengikuti setiap kegiatan atau aktifitas apa saja yang teman dekat lakukan, secara itu sudah terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, jarang kita temukan dua orang sahabat yang memiliki minat yang sangat berlawanan, jika kalian ingin jadi book lovers, maka kalian harus berteman dengan book lovers juga, biar keturalan sedikitlah ke-book lovers-annya.

Pada intinya kita harus berteman dekat dengan orang-orang yang dapat membawa kita pada kebaikan, memang kadang kita tidak merasa nyaman dengan orang-orang tertentu, aku tau itu, pasti ada perasaan seperti itu, karena teman yang kita harapkan tidak sesuai dengan kriteria yang kita inginkan, itu hanya keegoisan kita belaka, cara mudah agar kita tidak terlalu terlarut dalam keegisan adalah, perbincangkan tema tertentu yang memang seorang itu mengetahuinya, ambil info yang didapat, ingat! Hanya mengambil info yang dibutuhkan saja, selain itu abaikan, misalnya dia itu seneng baca novel, kita ajak ngobrol seputar novel, dan hanya tentang itu. Beres kan masalah?! Kalaupun dialognya ingin dilanjutkan pada tema lain, silahkan saja, yang jelas jangan sampai keegoisan kita muncul disaat kita tidak bisa menerima sikap teman kita itu.

3. Teman bicara


Hampir sama dengan teman sebangku atau teman dekat sepeti yang dibicarakan diatas, bedanya teman sebangku bisa membawa kita pada banyak hal, apapun itu. Kemana-mana dengan dia, mau ke kantin dengan dia, curhat tak bisa melupakan dia. Jadi teman dekat itu bisa memberikan hikmah bagi kita, dan menjadi saksi sejarah hidup kita.
Berbeda dengan teman bicara, ini lebih di khususkan, dan orang yang kita ajak bicara pun bukan orang biasa yang sering kita lihat setiap hari mungkin.

Dulu semasa aliyah, beruntungnya saya dipertemukan dengan orang ‘langka’ orang asing tepatnya, wajahnya indonesia banget, tapi kata-kata nya sangat menggugah. Sampai akhirnya saya bisa sedikit berbincang dengan beliau, seputar pengalaman pribadi beliau, mimpi-mimpi buruknya, sampai dengan kehidupan yang tak pernah terduga sebelumnya. Pada saat itu saya sampai meneteskan air mata karena haru, mendengar perjuangan hidupnya yang jauh lebih menguras banyak keringat dari pada kehidupan yang saya jalani saat ini, beliau ini telah memberikan arti hidup sebenarnya.

Kembali ke topik utama, jadi maksud dari teman bicara adalah seorang yang bisa memberika motivasi kepada kita, khusus nya membaca, dulu juga saya pernah mengikuti pendidikan dasar, disana banyak pemateri-pemateri luar biasa, dan mereka-mereka itu selalu merujuk apa buku yang mereka sukai, dan bukan hanya dari satu buku saja, mereka memperkenalkan banyak macam buku dengan berbagai macam karakter, coba anda ikuti bedah buku yang biasa diadakan dan berikan bertanyaan pada pemateri, atau banyak ngobrol dengan orang yang memiliki tipe membaca yang berbeda-beda.

4. Pengaruh Media


Waktu kita habis untuk membaca atau menonton TV? Main game atau mengerjakan tugas?
Semua jawaban ada ditangan kita, aktivitas yang sering kita kerjakan akan menjadi sebuah kebiasaan. Jadi marilah kita melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat agar dapat menjadi kebiasaan yang baik pula
Suatu saat, salah satu teman dekat saya di kampus lupa membawa telpon genggam, setiap saat dia selalu mengeluh, kadang bertingkah aneh, karena yang biasanya ia lakukan setiap hari nya tidak bisa dilakukan hari ini, seperti sms, internet-an dan aktivitas lainnya yang biasa dilakukan oleh telepon pintar itu, kecanduan yang telah ia alami tehadap media, setidaknya telah menghancurkan konsentrasi belajarnya selama perkuliahan karena terlalu banyak menyesali kecerobohannya itu.
Itu lah salah satu contoh kecil, contoh lainnya banyak kini para anak usia muda sampai usia lanjut tersihir oleh kehebatan televisi, masih mending yang ditontonnya itu berita, talk show, diskusi politik dan lain sebagainya, kenyataannya anak-anak usia kita itu lebih senang dengan program musik, yang justru bersifat hura-hura, lain lagi sinetron, yang jelas memperlihatkan busana-busana yang tidak sesuai. Style dan moderenisasi didapat dari gaya-gaya artist yang diperlihatkan di televisi-televisi kita. Terlepas saat kita di rumah untuk menghilankan ke bosanan ada robot penghibur, lain lagi ketika sedang berada di luar rumah ada robot yang lebih canggih lagi, robot ini multi talent. Kerapkali menjadi pengaruh terbesar saat ini. Dengan berbagai kesibukan yang bisa di buat dengan menggunakan media-media ini, hal-hal yang lainnya seperti membaca, belajar, menulis, di nomor duakan, bahkan karena sibuknya bermain dengan mesin-mesin ini, menyapa pun tak sempat.

5. Pengaruh Zaman


Dahulu kala, sosok seorang guru sangat lah disegani, bahkan profesi seorang guru, hampir setara dengan presiden, kehormatan masyarakat terhadap seorang guru begitu besar. Bahkan keberadaan seorang mahasiswa di suatu kampung merupakan telor emas yang dapat menetas menjadi ayam esok hari yang membuat perubahan demi kemakmuran rakyat sekitar.
Berbeda dengan hari ini, di zaman ini, jarang sekali seorang murid yang menghormati guru nya sendiri, dan sosok mahasiswa tak ada pengaruhnya sedikitpun dimata masyarakat.

Di negara matahari sana, membaca sudah menjadi budaya yang takkan pernah hilang, di Indonesia? Indonesia zaman ini, sudah dipengaruhi moderenisasi yang sangat tinggi bahkan keberadaannya sudah seperti angin yang kita rasakan sehari-hari, nah sebagai book lovers harus bisa memprotek diri dari pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan, melarikan diri dari budaya-budaya yang dapat mempengaruhi kebiasaan, bermigrasi dari tempat-tempat yang dapat memperburuk akhlak. Susah memang mencari lingkungan yang kondusif, tapi kita bisa menciptakannya sendiri.
Jangan sampai kita diperbudakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang harus kita lakukan adalah menjadi agent perubahan dan menjadi pemimpin masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terciptanya blog ini. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfa'at. Amin