Sabtu, 29 Desember 2012

Karakter Pemimpin Dalam Pencapaian Pendidikan Islam


Pemimpin adalah sosok yang dirindukan pengikutnya,  dan tak bisa kita pungkiri bahwa kebutuhan sosok pemimpin suatu yang sangat mendesak, dan alasan saya menggangkat tema: kepemimpinan pendidikan, karena menurut saya sosok pemimpin dan jalan pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tak bisa dipisahkan. Banyak pemimpin-pemimpin jaman sekarang yang diangkat dipemerintahan, atau dimanapun, itu hanya melihat sisi intelegensi saja, kefahaman teori dan sebagainya tanpa mempertimbangkan yang lain, dan pendidikan disini sangat berperan penting apalagi pendidikan yang telah Islam ajarkan, yang telah Nabi Muhammad Saw. Teladankan kepada kita.
Sosok pemimpin dalam dunia kependidikan Islam, akan menjadi tolak ukur keberhasilan peserta didik, dan peserta didik itu yang nanti akan menjadi calon pemimpin-pemimpin masa depan. Dan kita pun telah mengetahuinya bahwasanya tingkah laku atah akhlak yang kita lihat saat ini, akan menjadi penentu masa depan.


A.   Karakter Pemimpin.
Apa yang anda pikirkan, ketika mendengar kata “pemimpin”? bukan sesuatu yang menakutkan dan bukan pula sesuatu yang menyenangkan, banyak presepsi, banyak pendapat, ketika kita ditanya tentang siapa itu pemimpin. Bahkan setiap orang pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda. Dan kita bisa menjawab pertanyaan itu, jika kita sudah mendengar, dan merasakan lingkaran kepemimpinan, entah itu posisi kita menjadi yang dipimpin, maupun yang memimpin.
Lalu siapa itu itu pemimpin? Setiap berkembangnya manusia akan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1) Lingkungan, 2) pergaulan, 3) pendidikan dan 4) kebiasaan. Dan dari latar belakang yang mempengaruhi itu akan menciptakan jawaban yang beragam tentang siapa itu pemimpin.
Seorang pemimpin memiliki keahlian memimpin yang dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani orang-orang yang dipimpinnya. Apa yang ia tahu, ia lakukan dan tunjukan kepada para pengikutnya. Jika benar-benar ia melakukannya, ia adalah seorang Pemimpin (D.W, 2008)
itu hanya satu dari sekian banyak makna yang tersirat tentang Seorang pemimpin. Ada pun Nabi Muhammad Saw. Bersabda “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”
nah sekarang sudah lumayan jelas kan, siapa itu pemimpin? Sekarang tinggal dirimulah yang akan mendefinisikan sendiri siapa itu pemimpin.
Baiklah sekarang saya akan menceritakan Kepemimpinan Rosulullah dan para sahabatnya yang saya kutip langsung dari buku “Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral” yang ditulis oleh Dr.Ir.H.Nana Rukmana D.W.,MA, beliau menyoroti karakter pmimpin dari sofat-sifat dasar kepemimpian Rosulullah Saw. Dan anda pun telah jelas mengetahui sejak dulu namun amplikasi sifat dasar rosul, dalam hal kepemimpinan yang belum kita ketahui bersama, dimulai dari sifat Rasul yang shiddiq , siapa sih yang enggan untuk tidak mempercayai Rosul yang memang sudah jelas memiliki predikat orang jujur, dan tentunya beliau sangat dipercaya oleh siapapun, entah itu muslim maupun orang kafir sekalipun, lalu sifat lain dari Rosul adalah Amanah.
Kepemimpinan Rasulullah
Sifat amanah yang melekat pada diri Rasulullah  membuat beliau sangat dicintai umatnya dan disegani oleh semua musuh yng menentang ajaran yang dibawanya (Dr.Ir.H.Nana Rukamana D.W., 2007)
Lalu sifat yang ketiga adalah Tabligh, beliau selalu menyampaikan kebenaran yang Allah wahyukan terhadapnya, tanpa ada sedikitpun yang harus disembunyikan, inilah prinsip keterbukaan yang Rasul junjung tinggi. Menyampaikan sesuatu yang bermanfaat, nasihat-nasihat pembangun, dan hadis-hadis Rasul yang menjadi pedoman umat manusia, dan yang terakhir adalah Fathonah yang artinya cerdas, Pa Nana Rukamana ini, menuliskan kecerdasan beliau dalam hal berkomunikasi dengan para sahabatnya dengan bahasa dan taraf pengetahuan sesuai lawan bicaranya. Dan sifat-sifat lainnya seperti sabar, lemah lembut, tegas dalam berdikap, bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah, bijaksana dalam pengambilan keputusan dan hidup dalam kesederhanaan
Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin ummat, memiliki pendirian yang kuat, untuk tetap mempertahankan kebenaran yang telah diyakininnya, adapun rintangan dan tantangan yang menghadangnya bahkan kematian sekalipun (Dr.Ir.H.Nana Rukamana D.W., 2007)
Sungguh, tak ada seorang pun yang pantas merendahkan beliau, kesempurnaan jiwa, dan kemulyaan akhlaknya, yang menjadikan beliau teladan untuk umatnya, dan sudah menjadi barang tentu, untuk menjadi seorang pemimpin itu, harus bisa menjadi teladan untuk orang yang akan kita pimpin, bagaimana mungkin seorang pengikut akan patuh terhadap kita yang tidak lebih baik dari pada pengikut kita sendiri.
Rasulullah Saw. Diistimewakan dengan kefasihan lisannya, keindahan retorikannya, hal itu merupakan letak keutamaannya, dan sesuatu yang telah dikenah, berperangi luwes, jelas lahfadznya, ringkas bicaranya, benar maknanya, tanpa dibuat-buat. Beliau telah dikaruniai Jawami’ul Kalim (kalimat ringkas tapi mengandung makna yang tepat), mempunyai mutiara-mutiara hikmah yang indah dan menguasai logat orang-orang Arab, berdialog dan berbicara kepada setiap kabilah sesuai dengan logat dan bahasa mereka, tertanam padanya kekuatan yang luar biasa, menguasai bahasa orang-orang dusun serta kefasihan  penguasaan terhadap orang-orang Arab, berbudaya serta menguasai keinfahan sastra mereka yang didukung dengan bantuan ilahi yang diberikan kepadanya melalui wahyu.
Penyantun, sabar, pemaaf di saat mampu membalas, dan sabar pada saat ditimpa musibah, merupakan sifat-sifat yang ditanamkan Allah kepadanya. Setiap orang yang penyantun pasti mempunyai kesalahan dan kekeliruhan, berbeda dengan Rasulullah Saw. Semakin banyak gangguan yang dihadapinya, semakin bertambah kesabaran beliau, dan tidak ada kesalahan orang bodoh yang tertuju padanya kecuali menambah kemurahan hati beliau (al-Mubarakfuri, 2011)
Kalau tadi kita sudah banyak berbincang tentang kepemimpinan Rasul yang Kesempurnaan akhlak belaui tak bisa dibandingkan dengan siapapun, sekarang kita bahasa karakter kepemimpinan sahabat, yaitu khalifah setelah wafatnya Rasul.
Kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq
Pertama, Kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq. Abu Bakar ash-Shiddiq selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya, memiliki akhlak mulia, dan mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam masa kepemimpinannya, ia telah meletakkan dasar-dasar etika  kepemimpinan yang patut dicontoh oleh semua orang yang akan menjadi pemimpin nantinya atau yang sedang memimpin saat ini. Karakter kepemimpinannya antara lain mempunyai sifat hati-hati, sabar, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, bersikap adil, kasih sayang, dan tidak berlebih-lebihan dalam segala hal; memberika perhatian dan simpati kepada rakyat dan tentaranya serta mendengarkan keluahan mereka; mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah; memberika sangsi dan reward secara proposional kepada para pembantu dan tentaranya; selalu memberikan contoh perbuatan, bukan hanya perkataan (Dr.Ir.H.Nana Rukamana D.W., 2007)
Kepemimpinan Umar bin Khaththab
Kemudian, Umar bin Khaththab akan turut serta menggugah kita agar menjadi pemimpin yang tegas, jujur dan adil, ya sifatnya yang tegas, beliau akan menindak tanpa pandang bulu, sifatnya yang jujur dalam setiap tindakan. Dan peduli kepada seluruh rakyatnya, juga adil, dalam periode kepemimpinannya beliau menyusun Risalatul Qada, yaitu nasihat dan aturan praktis untuk menerapkan keadilan.
Usman bin Affan memiliki karakter pemimpin yang teguh pendirian yang kuat, dermawan, lemah lembut, dan sopan santun, bersikap adil, bertanggung Jawab, pandai memilih bawahan dan rakyatnya, dan berani mengambil keputusan dengan tegas
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Dan yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat yang telah teruji kepemimpinannya dengan keberaniannya menghadapi kaum musyrikin dalam perang khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Karakter kepemimpina Ali yang lain yaitu: visioner, bijaksana, menjaga lisan, adil, hidup sederhana dan sangat memperhatikan rakyatnya.
Dan masih banyak kisah, teladan yang Rosul dan para Sahabatnya berikan untuk kita, agar kita lebih banyak mengetahui kebiasaan-kebiasaan baik yang Rasul ajarkan melalui teladannya, teori kepemimpinan itu banyak, tak terhingga, hanya saja kita bisa mempelajarinya melalui realita, sesuatu yang bisa kita lihat, kita rasakan dan bahkan itu terjadi terhadap diri kita
B.   Pendidkan Islam
(Filsafah Pendidikan Islam: Prof. H. Muzayyin Arifin, 2009)
Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani, diartikan sebagai “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikannya..” perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islami
Proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual  dan sosial serta dalam hubungannya dengan  alam sekitar dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak al-karimah.  (Prof. H. Muzayyin Arifin, 2009)
Hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung, Bogor, Tanggal 7-11 mei 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam: “sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam
Hasil rumusan kongres se-Dunia II tentang pendidikan Islam, melalui seminar tentang konsepsi  dan kurikulum pendidikan Islam, tahun 1980, Second World Conference on Moslem Education, Internasional Seminar on Islamic Education Concepts and Curricula, Rekomendations, 15th-20th March, 1989, Islamabad. dinyatakan bahwa: “pendidikan Islam  ditunjukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia,  secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, keilmiahannya, bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan dan kearah pencapaian kesempurnaan hidup...”
Menurut pandangan Islam,  manusia adalahm makhluk ciptaan Allah  yang didalam dirinya telah ada kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecendrungan ke arah yang baik dan yang buruk
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS. Asy-Syam: 7-10)
Pendidikan menurut Islam adalah proses perkembangan diri menuju lebih baik, dalam kandungan diatas disebutkan “Beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” menurut saya maksud dari kalimat diatas dan kaitannya dengan pendidikan adalah, beruntunglah. Orang yang mendapat pendidikan diri kearah yang lebih naik, orang yang mendapat pendidikan seakan-akan mensucikan atau membersihkan jiwanya yang kotor, karena mau bagaimana pun, bisa kita bandingkan mana yang mendapat pendidikan, dan mana yang tidak mendapat pendidikan, dan tentunya seseorang yang tidak mendapat pendidikan akan mudah terdorong pada kejahatan, ingkar dan kafir terhadap tuhannya. Dan dengan pendidikan itu lah manusia akan mampu belajar banyak hal yang mereka anggap baik dan bermanfaat dan tentunya akan mendekatkan mereka pada Tuhan semesta alam.
Menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamaly, iman yang benar menjadi dasar dari setiap pendidikan yang benar, karena iman yang benar memimpin manusia kearah akhlak mulia. Akhlak mulia memimpin manusia kearah usaha mendalami hakikat dan menuntut ilmu yang benar, sedang ilmu yang benar memimpin manusia kearah amal yang shaleh
Yang dipandang sebagai ilmu yang benar yang mampu menghasilkan amal shaleh adalah luas cangkupannya, yaitu ilmu yang dapat memberikan manfaat pada kehidupan dunia yang serba modern dalam semua bidang, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, berupa sains dan teknologi modern.
Dr. Muhammas Fadil Al-Djamaly menjelaskan bahwa pada zaman ini, ilmu pengetahuan yang seharusnya dikaikan dengan nilai-nilai agama itu  malah dipisahkan, ilmu-ilmu agama dipisahkan dari ilmu-ilmu umum, ilmu-ilmu umum dipisahkan dengan ilmu seni, begitupun seterusnya, padahal setiap ilmu ilmu itu bisa berkolaborasi, saling berkaitan satu sama lain.
Dan pandangan beliau tentang Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaan sesuai kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78)
Pendidikan yang benar adalah yang memberi kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri anak didik,  dengan Demikian, barulah fitrah itu diberi faktor dari laur akan mendidik dan mengarahkan kempampuan kesempatan dasar anak
            Oleh karena itu, pendidikan secara operasinal mengandung dua aspek, yaitu aspek menjaga atau memperbaiki dan aspek menumbuhan atau membina.
            Pendidikan Islam mengarahkan pada perkembangan jiwa, ruhani. Jika diibaratkan Pendidikan itu adalah air, maka jasad sebagai wadahnya yang nantinya, jika air itu tumpah dari wadahnya maka akan membanjiri tempat sekitar wadah tersebut, terus mengalir tanpa henti, begitupun pendidikan, pendidikan bukan hanya untuk kebutuhan pribadi saja, namun nantinya akan berdampak juga pada lingkunga sekitar, entah itu kebaikannya, atau keburukan. Berbeda dengan pengajaran, yang hanya mencerdaskan otak saja, tak di share pun tak jadi masalah, untuk sebagian orang. Dan untuk kebermanfaatan IQ atau kemampuan diri, kita harus pintar-pintar mencari alternatif atau jembatan yang bisa membantu kita dalam penyebaran ilmu yang telah kita dapat, sasarannya harus tepat, dan lain sebagainya. Berbeda dengan pendidikan, dimana pun, kapan pun, dengan siapa pun. Pendidikan yang telah kita miliki akan dirasakan orang-orang disekitar kita, dan pendidikan Islam itu, pendidikan yang terarah, ada maksud dan tujuan tertentu, yaitu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
            Berkenaan dengan tujuan Pendidikan Islam, dari awal sempat disinggung, bahwa pendidikan adalah proses, dan terntunya setelah proses itu ada tujuan  goal  pencapaian akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.
            Jika kita menyinggung tujuan pendidikan Islam, berarti kita akan membicarakan tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami, hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam adalah bertujuan untuk merealisasi identitas yang Islami. Sedangkan identitas yang Islami itu sendiri hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari  atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebgai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati
            Ketaatan kepada kekuasaan Allah yang mutlak itu mengandung makna penyerahan diri secara total kepada-Nya. Penyerahan diri secara total kepada Allah Yang Maha Esa menjadikan manusia menghambakan diri hnay kepada-Nya semata
C.   Karakter Kepemimpinan Dalam Pendidkan Islam
Poin-poin penting dari karakter pemimpin dan kepemipinan, yaitu. 1) setiap kepala adalah pemimpin, setiap orang yang mempunyai kepada adalah seorang pemimpin, entah itu pemimpin bagi dirinya atau orang lain. 2) pemimpin adalah teladan untuk orang yang dipimpinnya, oleh karena itu pemimpin harus dapat memberikan pendidikan yang baik kepada pengikutnya. 3) pemimpin adalah orang-orang yang akan mempengaruhi orang disekitarnya, jadi kita tak mempunyai tujuan jelas sebagai pemimpin, maka kepemimpinan kita pun akan tak jelas pula.
Lalu Pendidikan Islam. 1) pendidikan yang berorientasi pada perkembangan jiwa seseorang ke arah yang lebih baik. 2) proses hidup seseorang yang bertujuan untuk menanamkan nila-nilai atau norma pribadi seseorang. 3) tujuan lainnya itu, menjadikan jiwa yang ada didalam diri kita mengenal Rabb, dan upaya untuk mendekatkan diri hanya pada Allah semata.
Dari kesimpulan tadi yang sudah dipaparkan, maka Pemimpin adalah Objeknya, dan pendidikan adalah predikatnya atau jalannya dan yang diluar selain ini adalah Keterangan lain, keterangan pendukung sebuah kalimat, yaitu hidup.
Maka pemimpin ini tentunya memiliki propesi tertentu dengan tujuan tertentu pula, namun kita harus batasi pembahasan ini, hanya sekitar pendidikan saja, pemimpin itu adalah; 1. Diri sendiri, 2. Pendidik atau guru, 3. Pemimpin di masyarakat, ada yang lain? Mungkin yang lainnya itu sudah bisa diwakili oleh profesi diatas yang kita sebitkan tadi.
Memimpin Diri Sendiri
Teori yang kebanyak dipaparkan, bahwa kepemimpinan adalah untuk orang lain, untuk pencapaian tujuan bersama, untuk mengarahkan orang lain agar bisa bersama-sama mencapai sesuatu yang diharapkan, dan kita lupa bahwa kita pun perlu memimpin diri sendiri, sebelum memimpin orang lain
Kepemimpinan merupakan Fitrah manusia. Kepemimpinan adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah. Kepemimpinan adalah tintadak bukan semata-mata jabatan. Oleh karena itu, siapapun anda, dimana pun anda berada, dan apapun jabatan anda, anda adalah seorang pemimpin; palimh tidak, Anda memimpin diri sendiri (Pradiansyah, 2010)
Seorang diri yang memiliki karakter seorang pemimpin akan dengan mudah mengarahkan diri kearah pendidikan yang baik, bertindak bijak, dan memilih mana yang bermanfaat dan tidak. Jika kita tak mempunyai pendidikan itu, maka diri akan mudah dialihkan orang sesuatu yang buruk, pengaruh yang buruk yang akan mempengaruhi diri kita kearah yang negatif.
Karakter pemimpin dalam diri yang dilandaskan tujuan Islam, akan mengantar diri kearah yang lebih baik, yang menjadikan diri Akhlak karimah, yang tak kebanyak orang lain miliki, kenapa tidak? Banyak orang di jaman ini yang belum bisa memimpin diri sendiri sehingga dirinya telah dipimpin oleh hawa nafsu yang akan mengantarkan diri kearah yang tidak baik.


Kepemimpinan Seorang Guru
Tadi kita telah memupuk diri untk menjadi pemimpin, sekarang kita akan coba untuk memimpin orang lain, untuk tujuan pendidikan Islam, dalam memimpin diri sendiri, kita hanya berperang memerangi diri, hawa nafsu dan keegoisan kita, berbeda dengan apabila kita memimpin orang lain, khususnya dalam dunia pembelajaran dan pendidikan. Seorang guru harus bisa membedakan apa yang dimaksud dengan pengajaran dan pembelajaran.  Sebelum jauh kearah sana, kita akan bahas terlebih dahulu siapa itu guru?
Teknisi pendidikan? Wali kelas? Yang menentukan lulus atau tidak? Semua berarah pada hasil pengajaran. Adakah pendidikan yang tersirat? Menjadikan murid yang baik dan bertakwa? Oh itu tugas ustadz. Secara bahasa guru dan ustadz memiliki kesamaan makna, namun dalam pandangan masyarakat umum, guru mengurusi nilai akademik siswa, dan ustadz mengurusi nilai moral siswa. Padahal keduanya bisa berdampingan dalam satu urusan. Sebelumnya telah dibahas, ilmu itu saling berkaitan, tidak bisa dilepaskan, maka dengan mudah pula guru dapat menanamkan sedikitnya nilai-nilai moral dalam pembelajaran.
Guru adalah pemimpin yang berkecimbung didunia anak-anak sampai remaja, yaitu dimasa Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas, atau mungkin dosen, yang bekerja ditingkat universitas. Peran seorang guru akan menentukan masa kini dan masa depan seorang anak didikannya. Lalu apa tindakan apa yang harus dilakukan, tampaknya ini merupakan suatu tugas yang cukup berat untuk seorang guru, sebagaimana telah kita rasakan, siapakah yang membuat kita banyak tahu suatu hal? Siapakah yang mengajarkan banyak hal yang bermanfaat? Siapa inspirasi yang membuat anda kini menjadi orang hebat? Dan siapa kah yang memaki bila tak mengerjakan tugas? Siapakan yang tidak menjadikan teladannya? Salah siapakah jika ada murid yang nakal?. Dari semua pertanyaan itu telah disimpulkan bahwa Guru lah yang menentukan Masa depan seorang anak.
Pemimpin menggunakan lima praktik kepemimpinan teladan. 1) mencontohkan caranya, 2) menginspirasikan visi bersama, 3) menantang proses, 4) memungkinkan orang lain bertindak, 5) menyemangati jiwa (James M Kauzes, 2004)
Seorang guru dan siapapun bisa menggunakan praktek ini, dengan sasara utama itu adalah siswa, yang akan kita ajarkan banyak ilmu pengetahuan dan kita didik akhlak, nilai-nilai dan moralnya untuk bekal nanti ketika mereka berada dilingkungan masyarakat, yang tidak bisa kita perkirakan seperti apa nanti medannya.
Kepemimpinan dalam Masyarakat
            Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan (John Maxwell)
            Pemimpin dikawasan masyarakat akan lebih banyak menemui banyak orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, jika seorang guru bertugas untuk memunculkan calon pemimpin masa depan, disini pemimpin akan lebih banyak aplikasinya, seperti pemecahan masalah, keputusan cepat, dan lain sebagainya, 5 praktis diatas pun bisa dipraktekan ketika kita memimpin di masyarakat.
Mencontohkan Caranya
            Banyak pemasalah yang akan terjadi, dan banyak pula cara penyelesaian yang akan diajukan oleh beberapa pihak terkait, nah disinalah peran pemimpin. Jika ada penyelesaian yang kita anggap kurang baik, maka disinilah kita membimbing, meloby, dan mencontohkan bagaimana cara penyelesaiannya, dan ingat kita pun harus ikut terjun dalam penyelesaian tersebut.
menginspirasikan visi bersama
            mereka dapat melihat melampaui batasan waktu, membayangkan peluang menarik yang masih  tersimpan ketika mereka dan para pengikutnya berada dalam jarak yang jauh di belakang. Dengan kata lain, pemimpin menjalani kehidupan mereka mundur. Mereka melihat gambar dalam benak mengenai hasil-hasil yang akan terwujud.
            Namun visi yang hanya dilihat oleh pemimpin tidak cukup untuk menciptakan gerakan terorganisir atau perubahan signifikan dalam perusahan. Seseorang tanpa pengikut bukanlah seorang pemimpin, dan orang tidak akan mengikutinya sebelum mereka menerima baik sebuah visi layaknya visi mereka sendiri. Pemimpin tidak dapat memerintahkan komitmen, mereka hanya dapat menginspirasikannya.
Menantang Proses
Tentunya dalam suatu kepemimpinan pasti ada tujuan yang akan dicapai, dan demi tercapainya tujuan tersebut perlu adanya proses yang panjang demi ketercapaian itu, dalam proses tersebut tentu akan ada kendala, masalah dan sebagainya, dan oleh karena itu, pemimpin harus bisa menantang proses, yaitu menghadang perjalalan sesulit apapun, yaitu dengan kebijaksanan, dan kepropesionalan
Memungkinkan Orang Lain Bertindak
            Memungkinkan orang lain bertindak artinya, kita tidak boleh mendominasi, jadi kita harus bisa memberikan kesempatan untuk orang lain bertindak. Ini pun akan sangat bermanfaat untuk pembelajaran untuk manyarakat tersebut, disini, tidak hanya pemimpin, atau orang-orang tertentu yang bertindak, tapi orang lain juga, ikut serta sehingga dapat membangun kerjasama yang baik antara pemimpin dan pengikutnya.
Menyemangati Jiwa
            Fungsi pemimpin disini, adalah sebagai pendorong, teladan, penyemangat, yang akan membangunkan jiwa-jiwa yang sedang tertidur.


Daftar Pustaka

al-Mubarakfuri, S. S. (2011). Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Jakarta: DARUL HAQ.
D.W, N. R. (2008). 99 Ideas For Happy Leader. Bandung: Zip Books.
Dr.Ir.H.Nana Rukamana D.W., M. (2007). Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral. Bandung: Alfabeta.
James M Kauzes, B. Z. (2004). The Leadership Challenge. Indonesia: PT Gelora Aksara Pratama.
Pradiansyah, A. (2010). You Are A Leader! Kaifa: Bandung.
Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2009). Filsafah Pendidikan Islam. jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terciptanya blog ini. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfa'at. Amin