Ketahuilah sobat, kita harus tahu siapa diri
kita sebernarnya, sudah pantaskah kita bersimpuh dihadapan yang Maha Kuasa? Seberapa
detail kamu mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya. Dalam artikel lain, saya
pernah menjelaskan, ada beberapa faktor yang dapat membentuk kepribadian kita,
salah satunya buku yang kita baca, pemikiran, ideologi bahkan pemahaman kita
akan berubah sejauh banyaknya buku yang kita baca. Mengapa demikian? Rumusnya simple
“Kita Baca maka Kita Tahu” hal ini menuntut kita untuk terus berfikir jauh,
kritis dan tamak. Bahkan dapat merubah prilaku. Maka waspadalah terhadap
buku-buku yang hendak dibaca. Tahu tidak, ternyata Rasulpun demikian. Dalam buku
Akhlaqul Nabiy karya Abdul Mun’in
Akhlak yang dipraktikkan oleh Nabi semuanya
bersumber dari Alquran. Akhlak ini telah membentuk karakter tersendiri dalam
diri Nabi Saw. dan berpengaruh besar terhadap kehidupan sosialnya. Suatu ketika
sayyidah Aisyah Ra. ditanya tentang akhlak Nabi Saw. Aisyah balik bertanya
kepada orang yang menanyainya itu, “Apakah kamu pernah membaca Alquran?”
“Pernah”, jawab orang itu. Aisyah melanjutkan jawabannya, “Akhlak Nabi
adalah Alquran.”
Saya sempat terpikir, ketika hendak ingin
meneladani Nabi, kenapa tidak kita lebih banyak membaca Alquran. Jelas akhlak
Nabi pun adalah amalan dari kandungan dalam Alquran
Ribuan macam buku terdampar dalam almari
kamar, berbagai macam misi, buku itu tertuang ide si penulisnya dalam berbagai
cara, ia menarik perhatian pembaca. Tapi akankah kita peduli yang diam dalam
seribu makna. Buku yang tebalnya pun ada yang menandingi, disain cover yang
biasanya menjadi tren dengan mudah dikalahkan. Namun begitu ketiadaannya
menjadi bencana besar untuk umat muslim, Alquran. Kitab dengan sastra
tertinggi, setinggi arsy-Nya.
Saya kira tak ada seorangpun yang bisa
membantahnya, ribuan buku bahkan triliunan, tak akan mampu menggantikan
perannya di bumi ini. Tapi fenomena di negeri ini tampak aneh, selain Alquran
ini menjadi sumber ajaran utama dan juga referensi gaya hidup yang bisa kita
teladani pun menjadi barang bukti kuat seorang teroris. Bila kebanyakan orang
di Indonesia telah terpengaruhi oleh pemikiran seperti itu, Oh.. saya pun
mungkin menjadi bagian dari teroris, karena setiap hari saya membawa Alquran
kemanapun saya pergi (tolooong, sembunyikan aku..)
akhlak yang kian brobrok membuat kita kadang tak berdaya, anak-anak yang seharusnya menjadi pemuda yang siap tanding di masa depan, menyentuh Alquran saja mungkin jarang, kegiatan mengaji bukan lagi rutinitas setiap ba'da maghrib.
Betapa mulianya Nabi yang menjadikan Alquran pedoman hidup dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. maka tak heran bila seorang yang bertemu Rasul akan merasa dicintainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar