Jika saat ini kita dihadapkan dengan
suatu pilihan, ingin menjadi pengusaha
atau menjadi seorang guru, maka akan lebih banyak memilihin pilihan yang
pertama, kenapa?? Karena menjadi profesi guru itu tidak akan menjamin
kesejahteraan mereka. Dan inilah yang menjadi sumber utama permasalahan di
dunia pendidikan. Mengapa tidak, guru lah yang sebenarnya menjadi roda utama
penggerak awal kejayaan suatu bangsa.
Masalah-masalah lain yang terlihat saat ini,
adalah kurangnya guru di daerah pedesaan, kualitas guru dalam pembelajaran di
kelas, motivasi yang rendah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, minimnya
minat jurusan keguruan di perguruan tinggi, guru dipandang sebelah mata oleh
kalangan tertentu, dan lain sebagainya.
Bagaimana seorang guru akan mengabdi untuk
negaranya, sementara pemerintahannya saja tidak peduli dengan profesinya,
bahkan sedikitnya kucuran dana yang dikeluarkan pemerintah dalam urusan
pendidikan misalnya, banyak gedung-gedung sekolah yang tak layak pakai,
fasilitas yang kurang memadai, akses jalan yang sulit ditempuh, dan lain
sebagainya
Pendidikan yang bermutu merupakan suatu investasi
yang mahal. Masyarakat industri modern menyadari hal ini dan akan menanamkan
investasi yang besar untuk industri pendidikan itu. Kesadaran masyarakat untuk
menanggung biaya pendidikan (cost sharing) pada hakikatnya akan
memberikan suatu kekuatan pada masyarakat (empowering the siciety) untuk
bertanggung jawabterhadap penyelanggarakan pendidikan. Hal ini berlainan sekali
dengan keadaan di negara berkembang di mana ada keengganan masyarakat untuk
ikut membagi beban pendidikan, yang rampak dalam rendahnya “Social rate of
return” dan relatif tingginya “private rate of return” investasi
dalam bidang pendidikan.
Pembiayaan pendidikan yang cukup besar dalam
masyarakat industri modern berasala dari orang tua, masyarakat dan dunia
industri. Dari masyarakat dapat berupa sumbangan (endownment funds), begitu
pula dari dunia industri misalnya untuk penelitian-penelitian. Orang tua akan
menyadari dan menaggung biaya pendidikan (SPP) yang lebih riil, sedangkan dari
sektor pemerintahan kemungkina melalui pajak pendidikan. Sudah tentu tidak
semua orang tua akan mampu, terutama pada orang tua yang mendekati masa
pengsiun sedangkan biaya pendidikan anaknya justru semakin meningkat. (Tilaar,
2008, hal. 179)
Dalam masalah pembiayaan di sektor pendidikan
ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menutupinya. Jika pemerintah
mengaku telah memberikan banyak anggaran untuk pendidikan, maka kita harus
memikirkan solusi lain selain kita mengandalkan pemerintah. Dalam bukunya Drs.
B. Suryosubroto ada beberapa kelemahan dalam sistem pendidikan nasional yaitu
1. Pandangan pendidikan bersifat microscopis. Pendidikan dipandang sebagai
dunia kedua tersendiri yang terpisah dan terpencil dari aspek-aspek
2. Pendidikan kurang mempunyai sangkut paut dengan pembangunan sehingga
menghasilkan tamatan sekolah menengah yang serba canggung sarjana-sarjana
nganggur dan sebagainya
3. Lebih memenuhi keinginan subjektif masyarakat akan pendidikan.
4. Tidak ada keseimbangan horisontal dan vertikal
5. Ada tembok pemisah antara sekolah dan masyarakat
6. Program dan pelaksanaan pendidikan terbatas oleh usia sekolah (school
age)
Lalu apa sih fungsi pendidikan selama ini?! Di
tengah-tengah pembahasan tentang kelemahan sistem pendidikan, Drs. B.
Suryosubroto menjelaskan:
Fungsi pendidikan menurut ketetapan MPRS no.
II/MPRS/60 sebagai berikut:
a. Pendidikan sebagai pembina manusia Indonesia baru yang berakhlak tinggi
b. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan
c. Pendidikan sebagai lembaga kebudayaan nasional
d. Pendidikan sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan, teknik dan
fisik/mental
e. Pendidikan merupakan sebuah penggerak seluruh kekuatan rakyat
Bila anggaran dari pemerintah masih kurang
dalam memperbaiki kualitas pendidikan,
maka partisipasi masyarakatlah yang dianggap perlu dalam mendukung pendidikan
kearah yang lebih baik. Dan mengapa hal ini bisa terjadi, dengan menganalisis
pernyataan di atas kita aka tahu kenapa sektor pendidikan di negara kita tidak
bagus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar