Kenapa saya berani mangatakan hal itu, karena setiap
orang dasarnya adalah seorang pendidik, siapapun dan dari ras manapun, dan
percaya atau tidak biasanya profesi ini terjadi turun temurun, berbeda dengan
profesi lain, seperti dokter, pegawai dan sebagainya, hanya beberapa orang atau
mungkin hanya satu orang dari satu keluarga besar yang memiliki profesi yang
sama. Berbeda dengan tenaga kependidikan yaitu seorang Guru, dimana bila ada seorang Ibu atau Ayah yang
menjadi seorang guru, maka besar kemungkinan keturunannya ada yang akan
meneruskan profesinya.
Sebagaimana hakekat dari budaya itu sendiri, adalah
melibatkan semua orang terdekat, merasakan banyak manfa’at dan memberikan
kebaikan. Seperti itulah seorang pendidik. Ia yang selalu dekat, mengabdi pada
masyarakat, membantu yang lemah dan mencetak generasi yang kuat, cerdas dan
siap menghadapi berbagai tantangan. Mustahil jika profesi ini tidak di
budayakan dan diturunkan pada generasi selanjutnya.
Di pusat kota, sumber keramaian, kota metropolitan
sedikit sekali kita temukan “pendidikan” sebelum kita jauh menelusuri hiruk
pikuk ibu kota. Mari kita berjalan sebentar di sebuah pedesaan yang agak sejuk,
karena sedikit dari mereka menggunakan kendaraan, ditambah nuansa panorama,
warna hijau yang melimpah ruah disepanjang jalan seakan kita punya banyak waktu
untuk bersantai-santai dan menikmati maha karya yang indah ini.
Penduduk desa yang ramah, sopan, menghormati satu sama
lain, pekerja keras, saling menolong dan selalu tersenyum dalam lautan
kesederhanaan. Ya, pendidikan moral dan karakter yang selalu mereka budayakan
dan turunkan pada setiap jiwa yang telah lahir di dunia yang mereka yakini
tidak ada yang harus mereka takutkan nanti.
Bagaimana posisi seorang guru di kawasan kental budaya
tersebut? Kebanyakan dari mereka bekerja, mendidik dan mengajar untuk mengabdi pada
negara ini, pada masyarakat sekitar dan pada orang-orang yang sangat
membutuhkannya, sebagaimana Seorang Ibu Muslimah yang diceritakan sebuah novel
karya Andrea Hirata. Beliau mengajar sepenuh hati, tak mengharapkan imbalan
apapun, beliau hanya ingin anak-anaknya sukses yang menjadi seseorang yang
mereka inginkan. Dan masih banyak lagi guru atau para pendidik yang ditugaskan
di daerah terpencil dimana mereka akan bekerja dan mengabdi secara ikhlas meski
mereka tak pendapat banyaran apapun.
Sementara di daerah perkotaan, kualitas guru maupun
murid, jauh dari harapan. Kenapa itu bisa terjadi?! Daerah yang jauh dari
peradaban, anak-anak lebih mudah di didik karena mereka tidak banyak mengetahui
apapun, mereka hanya mendapat pendidikan dari orang tua mereka dan orang-orang
sekitar mereka, ditambah lagi budaya yang kental yang dimana jauh kemungkinan
terkontaminasi oleh budaya yang tidak baik yang nantinya akan mempengaruhi
karakter anak-anak mereka. Anak-anak kota, itu korban kesibukan orang tuanya,
tak ada yang memperhatikan mereka, tak banyak yang peduli sehingga mereka
memberontak dan bertindak bebas tanpa adanya arahan dari orang tua mereka,
akhirnya mereka banyak mengetahui sesuatu dan melakukan apa saja yang mereka
inginkan, tanpa mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, budaya daerah
atau kearifan lokal hilang tertelan budaya-budaya yang masuk, mendominasi dan
mempengaruhi setiap individu yang lemah.
Masalah yang satu ini, sudah jelas tergambar, tak pernah
ada perubahan, memang sudah menjadi budaya tak sulit untuk diubah. Ada dua
pengaruh yang mempengaruhi setiap permasalahan, yaitu Nature dan Culture.
Pada hakikatnya, seorang guru dan tenaga
kependidikan mempunyai misi untuk mendidik setiap generasi muda yang nantinya
akan menjadi pemimpin masa depan, namun pada kenyataannya, kultur setiap daerah
berbeda-beda. Mungkin jika kultur itu baik, seperti yang dipaparkan diatas,
kita akan bernafas lega. Tapi bagaimana jika kultur di daerah perkotaan yang
sirna terhempas kultur barat yang membuat hancur pendidikan karakter di usia
muda?!
Solusinya, perlu adanya pendekatan, dan pendidikan khusus
dari keluarganya, orang tua yang dapat memahami karakter anak dan dapat
mengarahkan anak ke jalan yang benar. Di era modern dan di tempat yang dapat
dengan mudah ditembus oleh metode pengajaran apapun, ini akan menjadi
suatu kemudahan bagi guru agar mampu
berinovasi dalam pengajaran dan mendidikan karakter disekolah-sekolah. Di
daerah-daerah terpencil yang kaya akan budaya, mereka mungkin akan menolak
mentah-mentah metode modern yang kita buat, karena menurut mereka budaya
seperti itulah yang lebih mereka fahami. Tapi di perkotaan mungkin setiap
metode yang bisa kita terapkan dan diterima secara baik.
Misalnya, lesson plan yang di perguruan tinggi
khusus jurusan kependidikan itu setiap calon guru, harus mampu membuat lesson
plan dalam rangka inovasi dalam pembelajaran dan menjadi solusi setiap
masalah peseta didik yang akan dihadapi nanti dan pakar-pakar pendidikan
menganjurkan hal itu, bahwa setiap guru harus memiliki kreativitas dalam
mengajar, bukan hanya mengajarkan materi saja, tapi dengan pendekatan, memahami
setiap siswa dan mengetahui karakter belajar setiap siswa. Adalah modal untuk
menjadi guru yang siap menantang zaman, selanjutkan akan kita bahas pada bab berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar