Minggu, 27 Januari 2013

NILAI-NILAI PILAR PENDIDIKAN KARAKTER DAN RANCANGAN PENGEMBANGANNYA DALAM PROSES PERENCANAAN PEMBELAJARAN



(Ahmad Suherman)


Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian, Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1.      Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri;
2.      Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang;
3.      Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti;
4.      Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.


Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Dari keempat kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Berikut beberapa kaitan yang ada hubungannya dengan karakter:
1.      Karakter
Karakter adalah  nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat  baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah  rasa  dan  karsa  seseorang  atau  sekelompok  orang.  Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
2.      Karakter Bangsa
Karakter bangsa adalah   kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik  yang  tecermin  dalam  kesadaran,  pemahaman,  rasa,  karsa,  dan perilaku   berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa  dan  karsa,  serta  olah  raga  seseorang  atau  sekelompok  orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa,  karsa,  dan  perilaku    berbangsa  dan  bernegara  Indonesia  yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
3.      Memahami Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (Cognitive), perasaan (Feeling), dan tindakan (Action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
4.      Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal:
pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik: A. menggunakan metode knowing the good; B. feeling the good, dan C. acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan nilai-nilai karakter  menjadi 18 butir; ialah  (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi kunci penuntun pembelajaran berkarakter dalam rangka pendidikan karakter. Identifikasi nilai-nilai karakter dalam 18 butir dimaksudkan dapat mempermudah para guru menyelenggarakan pembelajaran berkarakter.
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dengan merancang pembelajaran yang akan dilalui guru akan memiliki gambaran hal-hal apa saja yang akan dilakukan, disampaikan, dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu guru yang profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan rencana pembelajaran. Dengan kata lain kemampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan salah satu bukti keprofesionalan seorang guru.
RPP adalah seperangkat rencana pembelajaran yang memberi arahan bagi guru materi apa saja yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya (Spratt, et al., 2005). Secara umum sebuah rancangan pembelajaran harus mencakup tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran-apa yang guru dan siswa akan lakukan selama pembelajaran berlangsung, serta penilaian.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter. Dengan demikian, akan berimplikasi kepada perencanaan pembelajaran yang berkarakter pula.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang RPP sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan):
a. Secara seksama mempelajari Standar Isi untuk masing-masing jenjang,
b. Mengutip Standar Kompetensi (SK) dan memahami isinya,
c. Mengutip Kompetensi Dasar (KD) dan memahami isinya,
d. Memformulasikan indikator pencapaian,
e. Memformulasikan tujuan pembelajaran,
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang dapat di ukur (operasional) yang ditargetkan untuk dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Ciri-ciri tujuan pembelajaran mempunyai empat komponen, yaitu A-B-C-D.
A.    Berarti Audience atau siswa yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dinyatakan dalam tujuan. Tujuan yang baik mempunyai audience yang jelas dan spesifik;
B.     Berarti Behavior atau tingkah laku yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa pada akhir program pembelajaran tertentu. Tingkah laku tersebut dinyatakan dengan kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati dan/atau diukur;
C.    Berarti Condition atau syarat atau keadaan yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku (behavior) dilakukan siswa pada saat perbuatan itu dievaluasi;
D.    Berarti Degree atau tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi siswa.
Contoh: Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung dapat menterjemahkan Surat Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia tanpa melihat buku catatan dengan tanpa membuat kesalahan kalimat dan kosa kata.
A.    Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung;
B.     dapat mentrerjemahkan Surat Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia;
C.     Indonesia tanpa melihat buku catatan;
D.    tanpa membuat kesalahan kalimat dan kosa kata.
Dalam membuat rumusan tujuan pembelajaran pada RPP berkarakter, maka implikasinya berpegang pada rumus A-B-C1-C2.
A.
 Audience:  Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung;

B.
Behavior atau tingkajh laku yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa pada akhir program pembelajaran tertentu. Tingkah laku tersebut dinyatakan dengan kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati dan/atau diukur;
C1.
Berarti Condition atau syarat atau keadaan yang harus dipenuhi pada saat tingkah laku (behavior) dilakukan siswa pada saat perbuatan itu dievaluasi;
C2.
Berarti Character (berasal dari bahasa Latin yang telah diserap ke dalam bahasa Inggris). Kamus Arab-Inggris “Al-Mawrid” (Ba’albaki (2007:168) character diartikan sebagai صفة,  طباعة (tabiat dan/atau sifat). Selanjutnya, secara lebih luas “Kamus al-Tarbiyah” (al-Khuli, 1981:61) character dimaknai dengan: مَجْمُوْعَةُ سِمَات الشَّخْصِ الَّتِيْ تَتَمَيَّزُ بِالدَّيْمُوْمَةِ مِثْلُ اْلأَخْلاَق (kesatuan ciri-ciri pribadi seseorang yang melekat selamanya, seperti akhlak).
Contoh: Siswa Kelas 11 Madrasah Aliyah Negeri V Bandung dapat menterjemahkan Surat Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia tanpa melihat buku catatan dengan jujur.
A.
Audience atau sioswea yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dinyatakan dalam tujuan. Tujuan yang baik mempunyai audience yang jelas dan spesifik;
B.
Behavior dapat mentrerjemahkan Surat Alfatihah ke dalam bahasa Indonesia;
C1.
Condition tanpa melihat buku catatan;
C2.
Character/Karakter dengan jujur (dapat dilihat pada ke 18 karakter)
Sebagai implikasi berikutnya, saat ini para guru dianjurkan untuk membuat RPP dan silabus yang menggunakan fase-fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Fase-fase ini berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran.
Pengertian Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi:
Eksplorasi
Eksplorasi berasal dari kata exploration yang berarti penyelidikan atau berasal dari to explore-explorer yang berarti menyelidiki, memeriksa, menjelajah tempat  di dunia yang belum diketahui dengan baik.
 Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Adelsberger, http://mtsnslawi).
Kegiatan ekplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tecipta uasana kondusif yang memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau
prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran.
Elaborasi
Elaborasi diambil dari bahasa.inggris elaborate (v) dan elaboration (n) yang artinya itu menjelaskan sesuatu dengan detil. ela·bo·ra·si /élaborasi/ n 1 penggarapan secara tekun dan cermat. Menurut kamus bahasa Indonesia elaborasi artinya penggarapan secara tekun dan cermat (Anwar, 2003), Jadi elaborasi merupakan suatu strategi pembelajaran yang lebih mendalam terhadap kajian materi yang disampaikan kepada anak didik. Dengan demikian, Elaborasi dipandang sebagai penjelasan sebuah permasalahan/topik dengan menggunakan pandangan dan pemahaman yang dimiliki orang yang melakukan elaborasi tersebut.
Kegiatan elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam mengekpresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya.
Konfirmasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 518), konfirmasi berarti penegasan, pengesahan, pembenaran. Mengonfirmasikan berarti menyatakan dengan tegas, menegaskan. Kata sifatnya adalah confirmatief atau confirmatoir yang artinya menguatkan, mengukuhkan, membenarkan (Kamus Belanda-Indonesia, Rahajoekoesoemah, 1991). Dalam bahasa Inggris ada verba confirm menegaskan, memperkuat, membaptis dan nomina confirmation penegasan, pengesahan.
Konfirmasi Berasal dari bahasa Belanda, juga dari bahasa Inggris, kata konfirmasi dipakai dalam percakapan dan penulisan sehari-hari. Menjadi kata serapan dengan bentuk dasar konfirmasi, bentuk turunannya adalah dikonfirmasikan, mengonfirmasikan.
Kegiatan konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan ekplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan kegiatan eksplorasi dan elaborasi lelbih lanjut.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
Ciri-ciri pembelajaran berbasis eksplorasi:
1.      Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi yang akan dipelajari  dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
Alam takambang jadi Guru (Peraturan Mendiknas RI, No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menmengah, Bab II Kerangka Dasar dan Kurikulum): Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau. Secara sederhana, dapat diartikan 'agar kita belajar kepada alam dan berbagai fenomenanya yang senantiasa mengabarkan sebuah kearifan'. Kalau kita perhatikan dalam Al Qur’an maka moto Alam Takambang Jadikan Guru ini adalah didasarkan pada surat 96, Al-’Alaq yg pada ayat 1-5 Allah memerintahkan manusia untuk  “Membaca”. Membaca disini mempunyai pengertian yg luas tidak hanya membaca yg tersurat  seperti kitab suci atau buku-buku tapi juga membaca (mempelajari) alam ciptaan Tuhan sebagaimana tafsir dari ayat 1 Surat Al ‘Alaq tersebut:    Bacalah Dengan Nama Tuhanmu Yg Menciptakan, (Iqra` bismi rabbikalladzĩ khalaq).
2.      Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3.      memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta  antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4.      melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan    pembelajaran; dan
5.      memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis Elaborasi:
1.      Membiasakan peserta didik untuk membaca dan menulis yang beragam melalui tugas tertentu;
2.      Memfasilitasi peserta didik untuk memunculkan gagasan baru melalui pemberian tugas;
3.      Memberi kesemptan siswa untuk berpikir, menganalisa, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
4.      Kooperatif;
5.      Berkompetisi secara sehat;
6.      Membuat laporan.
Ciri-ciri pembelajaran berbasis konfirmasi:
1.      Guru memberi umpan balik positip terhadap hasil belajar anak didik;
2.      Guru memberi konfirmasi hasil eksplorasi peserta didik;
3.      Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksi pengalaman belajarnya
Kegiatan Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi
1.      Kegiatan ekplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain  agar tecipta suasana kondusif yang memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran;
2.      Kegiatan elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam mengekpresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya;
3.      Kegiatan konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan ekplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan kegiatan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut.

DAFTAR RUJUKAN
Al-Khuli, (1981). A. Dictionary Of Theoritycal Linguistic (Engglish Arabic). Libanon: Librarie Du Liban.
American Dictionary; Randall. (1982). IUCN. 1968; WCS. 1980. dalam Vera. Just Another UNS Social Network ™ weblog. [17 Januari 2011]
Ba’albaki, Munir, Al-Mawrid. (2007).  Qamus Inklizi-‘Arabi. Beirut: Dar Al-‘Ilm lil-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). KBBI. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas (2007), Permendiknas No. 49 tahun 2007, Jakarta
Desy Anwar. (2003). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.
Heimo H. Adelsberger, 2000).
Husaini, A. (2010). Pendidikan Karakter Islami Membentuk Manusia Berkarakter Beradab. Universitas Ibn Khaldun. Makalah. Tidak Diterbitkan Malayain.
PPKB DUE-Like BATCH IV Universitas Gadjah Mada. Pengembangan Success Skill.
Rahajoekoesoemah,D. (1991). Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Spratt, M., et al. (2005). The TKT Course. Cambridge: Cambridge University Press.
Susanto, S. (2000). Membangun Karakter Lewat Pendidikan. Kompas, Selasa, 7 Maret 2000
Syahreza, A. (2006). Sistem Pendidikan Indonesia Gagal. Web Forum UPI Bandung, 24 Juni 2006.
tn. (2010). Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi. [online]: http://mtsnslawi.wordpress.com/ 2010/11/02/eksplorasi-elaborasi-konfirmasi/ [diakses] November 2, 2010.

 * ditulis oleh Dosen Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, dalam sebuah seminar nasional yang di serangkaian acara Festival Kampung Arab (FIKAR) oleh BEM KEMABA FPBS UPI pada tanggal 10 nopember 2012

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terciptanya blog ini. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfa'at. Amin