Kamis, 09 Januari 2014

Kaitan Antara Buku Teks dan Pembelajaran



Buku teks sendiri adalah paduan khusus yang menjadi pegangan untuk siswa, layaknya buku panduan yang memudahkan pengguna gadget, google map untuk para perjelajah jalanan dan kamus bagi penerjemah. Sepenting itulah buku teks dalam permbelajaran, yang dapat menjembatani guru dan murid agar tidak mengalami jurang pemahaman yang keliru serta menjadi guide dalam pembahasan teori yang kadang berlebihan, pula fasilitas murah bagi murid yang tamak akan ilmu pengetahuan. Tentu ikatan antara buku teks dan pembelajaran tak bisa diragukan lagi.
Soal kehawatiran lain, tinggal bagaimana sikap kita dalam mengunakan buku teks tersebut, jangan sampai terlalu memanfaatkan buku teks yang kadang mendominasi pembelajaran. Hal ini yang banyak sekali terjadi di sekolah-sekolah. Karena adanya buku teks apa lagi LKS. Pendampingan guru terhadap proses pembelajar menjadi kurang, karena guru merasa sudah merasa cukup akan materi-materi yang telah tersaji pada buku teks.

Itulah sebatas pemikiran dari hasil pembelajran dan pengalaman, dikarenakan keterbatasan keilmuan, setelah saya mencari bahan referensi di buku, diktat dan papan seluncur, maksud saya tempat berseluncur yaitu internet saya menemukan artikel yang menarik yang bisa dibaca-baca
Pembelajaran dengan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang saling melengkapi (Suryaman, 2006). Pembelajaran akan berlangsung secara efektif manakala dilengkapi dengan media pembelajaran, yakni -- yang cukup penting -- berupa buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran dapat disusun serta digunakan dengan baik jika memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran tersangkut masalah siswa, guru, materi bahan ajar, cara penyajian bahan ajar, serta latihan. Komponen ini harus tercermin di dalam buku teks pelajaran. Ketercerminan saja tidak cukup. Buku teks pelajaran harus berisi pula hasil pengolahan atas komponen-komponen tersebut dalam satu kesatuan yang padu sehingga materi bahan ajar, cara penyajian materi bahan ajar, dan latihan materi bahan ajar dapat dengan mudah dipahami dan dipraktikkan, baik oleh siswa maupun guru.
Sehubungan dengan itu, buku teks pelajaran juga harus mengakomodasi prinsip-prinsip pembelajaran tersebut. Selama ini prinsip yang mendapat perhatian besar adalah materi bahan ajar. Perhatian yang berlebihan terhadap materi bahan ajar serta mengabaikan komponen yang lain mengakibatkan buku teks pelajaran lebih mengutamakan hasil, dan mengabaikan proses. Orientasi yang berlebihan terhadap hasil malahan mengakibatkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) pada masa lalu dan nilai ujian nasional pada masa kini belum mencapai harapan yang memuaskan. Buku teks pelajaran hanya difungsikan sebagai tempat yang mengandung materi bahan ajar yang dapat dihapalkan. Kemampuan siswa pun hanya sebatas kemampuan menghapal. Ketika dihadapkan pada masalah yang berbeda, siswa tidak mampu memecahkannya. Akhirnya, buku teks pelajaran hanyalah memperkuat anggapan bahwa belajar berbahasa adalah belajar tentang pengetahuan bahasa, bukan belajar membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan; belajar bersastra adalah belajar tentang pengetahuan sastra, bukan belajar berapresiasi, berekspresi, maupun berkreasi dengan sastra; dan sebagainya
Pola penyusunan buku teks pelajaran yang demikian dianggap tidak berhasil, bukan disebabkan oleh kurikulum atau apapun, melainkan oleh ketidaksesuaiannya dengan hakikat buku teks pelajaran. Pada hakikatnya buku teks pelajaran merupakan media pembelajaran. Sebagai media, buku itu harus berisi materi bahan ajar, cara penyajian bahan ajar, dan model latihan bahan ajar. Materi yang dijadikan bahan ajar harus disajikan dengan cara tertentu sehingga siswa memiliki kemampuan berkenaan dengan pemahaman, keterampilan, dan perasaan. Sebagai refleksi atas kemampuan tersebut, siswa dapat memecahkan persoalan-persoalan yang diajukan di dalam latihan. Begitupun bagi guru. Buku teks pelajaran harus mampu membantu guru berkenaan dengan cara mengajarkan serta menguji kemampuan siswa berkenaan dengan materi tersebut.
Secara teoretis, guru berpengalaman dapat mengajarkan materi tanpa buku  teks pelajaran. Akan tetapi, cara demikian tidak akan berlangsung lama.  Banyak guru yang tidak sempat untuk menulis materi pelengkap sehingga mereka hanya berpijak pada buku teks pelajaran. Artinya, buku teks pelajaran memiliki posisi yang sangat penting dalam kelas. Oleh karena itu, buku teks pelajaran harus disusun seefektif dan seefisien mungkin sehingga siswa dan guru terbantu dalam belajar dan mengajar di rumah maupun di kelas.
Penyajian materi merupakan tahap kedua setelah materi tersedia. Materi itu dapat meliputi pengetahuan seperti fakta, konsep, prinsip, dan prosedur; keterampilan, seperti kemampuan menerapkan prosedur; serta sikap, seperti nilai. Ibarat seorang juru masak, penyediaan materi merupakan tahap awal sebelum memasak. Rasa, aroma, dan kelezatan suatu masakan tergantung kepada cara pengolahan juru masak dan cara penyajian pramusaji. Antara juru masak yang satu dengan juru masak yang lain akan menghasilkan masakan dengan rasa, aroma, dan kelezatan yang berbeda sekalipun bahan sama. Semua tergantung kepada pengalaman, keterampilan, wawasan, dan sebagainya dari juru masak.
Hal demikian terjadi pula di dalam penyusunan buku pelajaran. Setelah bahan materi seperti dikemukakan di atas tersedia, penulis harus mengolahnya agar buku pelajaran yang disusunnya menghasilkan menu yang mampu membangkitkan selera pembaca (siswa). Kemampuan ini tampak ketika siswa dipermudah, dibangkitkan minatnya, dikembangkan daya tariknya, dirangsang skematanya, dikembangkan daya pikir dan ciptanya, ditumbuhkan aktivitas dan kreativitasnya, serta ditimbulkan keinginan untuk mencoba oleh buku pelajaran. Tentu pula buku yang ditulis oleh seseorang akan berbeda dengan penulis yang lainnya. Hal ini tergantung kepada pengalaman, keterampilan, wawasan, dan sebagainya dari penulis.
Berdasarkan paparan di atas tampak bahwa penyajian materi berkenaan dengan penataan materi di dalam buku pelajaran. Penataan ini dimaksudkan agar mudah, menarik, membangkitkan minat, membangun skema, mengembangkan daya pikir dan daya cipta, beragam, menimbulkan aktivitas dan kreativitas, menimbulkan keinginan untuk mencoba, dan sebagainya.
Penyajian materi di dalam buku pelajaran tidak hanya didasarkan persepsi penulis semata. Cara mengolah dan kemudian menyajikannya di dalam buku pelajaran, haruslah didasarkan atas pandangan teori belajar. Artinya, peguasaan teori belajar menjadi sangat signifikan untuk dikuasai oleh penulis buku pelajaran.          Belajar adalah bagaimana cara siswa membangun pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Prinsip ini mengarahkan kita bahwa sumber belajar yang paling otentik adalah pengalaman. Menurut Covey (2006) belajar merupakan upaya untuk mengilhami diri kita dan orang lain. Caranya adalah kenali diri dan dengarkan hati nurani kita. Pengenalan diri dan penyertaan hati nurani menyiratkan betapa tingginya nilai pengalaman.
Sejak tahun 1916, John Dewey telah menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika yang dipelajarinya terkait dengan apa yang telah diketahuinya. Para ahli psikologi belajar mutakhir pun semakin memperkuatnya. Piaget, misalnya, dengan teori skemanya menjelaskan bahwa perkembangan intelektual anak muncul melalui proses penciptaan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada pada diri si anak. Ia memberikan contoh tentang seorang anak kecil dari kota yang diajak berjalan-jalan oleh ayahnya ke suatu desa. Ia melihat seekor sapi di ladang. Kemudian anak itu berkata: “Ayah, lihat, itu ada anjing besar” (Barry, 1977 dan Suryaman, 2001).
Pengambilan kesimpulan “anjing besar” didasarkan pengetahuan awal anak tentang anjing, namun pengetahuan anak tentang sapi belum dikenalnya. Di sini anak mencoba menempatkan stimulus yang baru (sapi) pada pengetahuan awalnya. Stimulus baru itu kira-kira mirip dengan seekor anjing (yang sudah dikenal) sehingga ia mengidentifikasikan objek tersebut sebagai seekor anjing. Si anak belum mampu membedakan antara sapi dengan anjing tetapi sudah mampu melihat kesamaannya.
Begitupun dengan Ausubel (Biehler, 1978) yang menyatakan bahwa perlunya pengorganisasian awal (advanced organizer) sebagai jembatan konseptual antara sesuatu yang telah diketahui dengan sesuatu yang baru. Syaratnya, sesuatu yang telah diketahui itu stabil, jelas, terbedakan dari yang lain, serta berkaitan dengan hal yang baru.
Piaget kemudian memaknai belajar sebagai pemrosesan pengalaman yang secara konstan mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman, semakin bertambah pula penyempurnaan skema seseorang. Para pakar teori skema memastikan bahwa latar belakang pengalaman yang kaya akan sangat membantu keberhasilan belajar. Pengalaman yang kaya itu bisa diperoleh dengan berbagai cara, di antaranya dengan jalan membaca, khususnya membaca buku teks pelajaran. Semakin banyak seseorang membaca, akan semakin meningkat pula kemampuan membacanya. Hasil penelitian Yap (1978) mendukung pernyataan tersebut, yakni tingkat keterampilan membaca seseorang ditentukan oleh 65% banyaknya membaca. (sumber: journal.uny.ac.id. oleh M Suryaman)
Oia, ada yang perlu dingat bahwa ketersediaan buku teks juga akan mempengaruhi pembelajaran, kerena bisa saja ada siswa yang memang kurang mendayagunakan buku teks yang telah menjadi pegangan. Jadi sebaiknya dalam proses pembelajaran guru tidak terlalu mengandalkan buku teks. Jadikan buku teks hanya sebagai media pembalajaran saja yang dapat memudahkan guru dalam hal memahamkan mata pelajaran maupun murid yang dapat mengkoneksikan pikiran antara apa-apa yang dijelaskan oleh guru dengan tulisan dan penjelasan detail yang terdapat pada buku teks.
Terlebih zaman era kemudahan seperti sekarang ini, internet yang sudah bukan menjadi barang langka, akan lebih memudahkan murid dalam mencari informasi apapun. Baik-buruknya tergantung seperti apa pemakaianya. Dan guru disini berperan menjadi filter agak murid tidak salah faham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terciptanya blog ini. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfa'at. Amin