Rabu, 13 Maret 2013

Pendidik, Profesi Membudaya Setiap Ras Manusia (part 4)

       Kenapa saya berani mangatakan hal itu, karena setiap orang dasarnya adalah seorang pendidik, siapapun dan dari ras manapun, dan percaya atau tidak biasanya profesi ini terjadi turun temurun, berbeda dengan profesi lain, seperti dokter, pegawai dan sebagainya, hanya beberapa orang atau mungkin hanya satu orang dari satu keluarga besar yang memiliki profesi yang sama. Berbeda dengan tenaga kependidikan yaitu seorang Guru,  dimana bila ada seorang Ibu atau Ayah yang menjadi seorang guru, maka besar kemungkinan keturunannya ada yang akan meneruskan profesinya.
Sebagaimana hakekat dari budaya itu sendiri, adalah melibatkan semua orang terdekat, merasakan banyak manfa’at dan memberikan kebaikan. Seperti itulah seorang pendidik. Ia yang selalu dekat, mengabdi pada masyarakat, membantu yang lemah dan mencetak generasi yang kuat, cerdas dan siap menghadapi berbagai tantangan. Mustahil jika profesi ini tidak di budayakan dan diturunkan pada generasi selanjutnya.


Di pusat kota, sumber keramaian, kota metropolitan sedikit sekali kita temukan “pendidikan” sebelum kita jauh menelusuri hiruk pikuk ibu kota. Mari kita berjalan sebentar di sebuah pedesaan yang agak sejuk, karena sedikit dari mereka menggunakan kendaraan, ditambah nuansa panorama, warna hijau yang melimpah ruah disepanjang jalan seakan kita punya banyak waktu untuk bersantai-santai dan menikmati maha karya yang indah ini.
Penduduk desa yang ramah, sopan, menghormati satu sama lain, pekerja keras, saling menolong dan selalu tersenyum dalam lautan kesederhanaan. Ya, pendidikan moral dan karakter yang selalu mereka budayakan dan turunkan pada setiap jiwa yang telah lahir di dunia yang mereka yakini tidak ada yang harus mereka takutkan nanti.
Bagaimana posisi seorang guru di kawasan kental budaya tersebut? Kebanyakan dari mereka bekerja, mendidik dan mengajar untuk mengabdi pada negara ini, pada masyarakat sekitar dan pada orang-orang yang sangat membutuhkannya, sebagaimana Seorang Ibu Muslimah yang diceritakan sebuah novel karya Andrea Hirata. Beliau mengajar sepenuh hati, tak mengharapkan imbalan apapun, beliau hanya ingin anak-anaknya sukses yang menjadi seseorang yang mereka inginkan. Dan masih banyak lagi guru atau para pendidik yang ditugaskan di daerah terpencil dimana mereka akan bekerja dan mengabdi secara ikhlas meski mereka tak pendapat banyaran apapun.
Sementara di daerah perkotaan, kualitas guru maupun murid, jauh dari harapan. Kenapa itu bisa terjadi?! Daerah yang jauh dari peradaban, anak-anak lebih mudah di didik karena mereka tidak banyak mengetahui apapun, mereka hanya mendapat pendidikan dari orang tua mereka dan orang-orang sekitar mereka, ditambah lagi budaya yang kental yang dimana jauh kemungkinan terkontaminasi oleh budaya yang tidak baik yang nantinya akan mempengaruhi karakter anak-anak mereka. Anak-anak kota, itu korban kesibukan orang tuanya, tak ada yang memperhatikan mereka, tak banyak yang peduli sehingga mereka memberontak dan bertindak bebas tanpa adanya arahan dari orang tua mereka, akhirnya mereka banyak mengetahui sesuatu dan melakukan apa saja yang mereka inginkan, tanpa mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, budaya daerah atau kearifan lokal hilang tertelan budaya-budaya yang masuk, mendominasi dan mempengaruhi setiap individu yang lemah.
Masalah yang satu ini, sudah jelas tergambar, tak pernah ada perubahan, memang sudah menjadi budaya tak sulit untuk diubah. Ada dua pengaruh yang mempengaruhi setiap permasalahan, yaitu Nature dan Culture. Pada hakikatnya, seorang guru  dan tenaga kependidikan mempunyai misi untuk mendidik setiap generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin masa depan, namun pada kenyataannya, kultur setiap daerah berbeda-beda. Mungkin jika kultur itu baik, seperti yang dipaparkan diatas, kita akan bernafas lega. Tapi bagaimana jika kultur di daerah perkotaan yang sirna terhempas kultur barat yang membuat hancur pendidikan karakter di usia muda?!
Solusinya, perlu adanya pendekatan, dan pendidikan khusus dari keluarganya, orang tua yang dapat memahami karakter anak dan dapat mengarahkan anak ke jalan yang benar. Di era modern dan di tempat yang dapat dengan mudah ditembus oleh metode pengajaran apapun, ini akan menjadi suatu  kemudahan bagi guru agar mampu berinovasi dalam pengajaran dan mendidikan karakter disekolah-sekolah. Di daerah-daerah terpencil yang kaya akan budaya, mereka mungkin akan menolak mentah-mentah metode modern yang kita buat, karena menurut mereka budaya seperti itulah yang lebih mereka fahami. Tapi di perkotaan mungkin setiap metode yang bisa kita terapkan dan diterima secara baik.
Misalnya, lesson plan yang di perguruan tinggi khusus jurusan kependidikan itu setiap calon guru, harus mampu membuat lesson plan dalam rangka inovasi dalam pembelajaran dan menjadi solusi setiap masalah peseta didik yang akan dihadapi nanti dan pakar-pakar pendidikan menganjurkan hal itu, bahwa setiap guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar, bukan hanya mengajarkan materi saja, tapi dengan pendekatan, memahami setiap siswa dan mengetahui karakter belajar setiap siswa. Adalah modal untuk menjadi guru yang siap menantang zaman, selanjutkan akan kita bahas pada bab berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah berpartisipasi atas terciptanya blog ini. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfa'at. Amin